Seiring dengan target Pemerintah pada 2017 untuk memperbanyak pembangunan infrastruktur sebagai alat penunjang utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, maka diprediksi sektor kontruksi dan investasi menjadi salah satu sektor industri yang akan berkibar di tahun tersebut. Salah satu perusahaan yang diprediksi berkibar adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Hal ini nampak dari tekad perusahaan BUMN ini untuk meningkatkan kinerja keuangannya pada 2017 setelah dalam 2 tahun terakhir membukukan peningkatan yang cukup signifikan.
Terlebih dengan telah dilakukannya penyerahan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) 2017 ke kementerian dan lembaga oleh Presiden Joko Widodo, Rabu, 7 Desember 2016, yang ditindaklanjuti secara cepat oleh kementerian terkait. Setelah mendapat dokumen pelaksanaan anggaran yang menjadi dasar pengeluaran dan pencairan anggaran, kementerian langsung bergerak membangun infrastruktur.
Untuk itu, Waskita Karya menargetkan mampu mengantongi laba bersih sekitar Rp2,6-2,8 triliun tahun depan, atau melesat 53-64,7 persen dari target laba bersih tahun ini Rp1,7 triliun. Kenaikan tersebut akan didorong oleh target kontrak baru 2017 sebesar Rp80 triliun, naik 5,2 persen dari target tahun ini Rp76 triliun.
Perseroan memperkirakan akan membawa kontrak carry over senilai Rp84 triliun ke tahun depan. Alhasil, total kontrak yang akan dihadapi Waskita Karya pada akhir 2017 sebesar Rp164 triliun. Adapun, sebanyak 80 persen kontrak baru diharapkan berasal dari proyek jalan tol.
Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Choliq mengatakan, proyek tol terus menjadi fokus Perseroan selama 2017. Perseroan berupaya mengejar target pekerjaan konsesi tol hingga sepanjang 1.150 kilometer pada 2019.
“Saat ini, ada sejumlah tender jalan tol yang kami bidik. Tentu kami tergabung dengan konsorsium, tapi belum bisa disebutkan detail tendernya,” kata dia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Sebagai informasi, Waskita Karya tengah menggarap 15 ruas tol dengan nilai total investasi Rp91 triliun. Dari situ, terdapat dua ruas tol yang sudah beroperasi, yaitu ruas Kanci-Pejagan, dan Pejagan Pemalang seksi 1 dan 2.
Choliq menambahkan, lantaran besarnya ekspansi, anak usaha Perseroan PT Waskita Toll Road didorong untuk meningkatkan ekuitas. Salah satu skema yang dikaji adalah pencarian mitra strategis. Selain itu, aksi penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham juga dipertimbangkan.
Namun, lanjut Choliq, peluang IPO Waskita Toll Road masih kecil. Ini lantaran karakteristik bisnis tol, yang membutuhkan periode panjang untuk menghasilkan keuntungan. Perseroan akan terlebih dahulu melihat kondisi pasar tahun depan guna mendapatkan valuasi IPO yang menarik.
“Untuk strategic partner, Saat ini sudah ada tiga pihak yang serius. Semoga transaksinya bisa tahun ini. Saya belum bisa sebut detailnya,” jelas Choliq.
Sementara itu, Direktur Keuangan Waskita Karya Tunggul Rajagukguk mengatakan, Waskita Karya menargetkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) pada 2017 sebesar Rp30,7 triliun. Dana capex itu sebagian besar akan digunakan untuk pembangunan jalan tol dan suntikan modal pada anak usaha.
Proporsi belanja modal itu sebagian besar akan digunakan untuk pembangunan jalan tol sebesar Rp25 triliun oleh PT Waskita Toll Road (WTR). Lalu, untuk belanja modal PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) sebesar Rp2 triliun.
Selanjutnya, PT Waskita Karya Energi (WKE) sekitar Rp1,9 triliun. Kemudian, PT Waskita Karya Realty (WKR) sekitar Rp1 triliun. Serta, akan digunakan untuk Perseroan sendiri sebagai kontraktor holding sebesar Rp900 miliar.
“Jadi, capex 2017 kita perkirakan Rp30,7 triliun yang sebagian besarnya untuk pembangunan jalan tol Rp25 triliun oleh WTR,” ujarnya.
Tunggul menambahkan, Waskita Karya juga menerapkan sumber pendanaan kombinasi untuk pengembangan bisnisnya. Misalnya, WSBP, yang sebagian dananya diperoleh saat melakukan penawaran umum saham perdana ke publik atau IPO pada tahun ini. Namun, dana tersebut akan dibelanjakan pada tahun depan.
Sedangkan WTR diharapkan sebagian dananya bisa diperoleh dari suntikan modal eksternal. Saat ini pun sedang dalam proses untuk mendapatkan investor strategis. Sisanya, berasal dari pinjaman perbankan dalam bentuk kredit investasi untuk masing-masing konsesi jalan tol dari Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
“Mereka akan meminjam ke perbankan, misalnya, pembangunan ruas tol Pejagan-Pemalang sudah dapat pinjaman. Lalu, ruas tol Ciawi-Sukabumi sudah dapat. Sekarang sedang proses untuk pembangunan ruas tol Pemalang-Batang, dan Batang-Semarang. Jadi semua itu dipenuhi terutama untuk Waskita Toll Road, yang sebagian besar dari perbankan dan juga ada investasi dari investor strategis,” katanya.
Untuk WKE, WKR, dan Perseroan sendiri, dananya juga kombinasi terdiri atas pinjaman perbankan dan penerbitan obligasi.
“Yang pasti tahun depan kita akan menerbitkan obligasi sebagai lanjutan dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) tahun kemarin masih ada tersisa sebesar Rp2,1 triliun dan ada kemungkinan kita akan menerbitkan lagi di sekitar pertengahan 2017 untuk yang baru. Besarannya sedang kita kaji,” kata Tunggul mengungkapkan.
Ia juga mengemukakan, pada 2017 Waskita Karya telah mengantongi nilai kontrak sekitar Rp164 triliun. Kontrak itu berasal dari kontrak baru sekitar Rp80 triliun. Sisanya, Rp85 triliun berasal dari kontrak yang diperoleh pada 2016. Adapun kontrak tahun ini sebesar Rp110 triliun dengan proporsi kontrak produk 23-24 triliun rupiah.
Nilai kontrak tahun depan sebagian besar atau 80 persen didapat dari kontrak jalan tol. Selebihnya proyek pengairan dari Pemerintah, berupa pembangunan bendungan, ditambah lagi proyek bandara. Target kontrak tersebut bisa memberikan laba pada 2017 sebesar 2,6-2,8 triliun rupiah. (DD)