PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) menjadi salah satu pendatang baru di bursa saham Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan jasa kesehatan dan labotarium ini secara resmi melepas saham perdananya ke publik pada Rabu (17/12/2016) dan menjadi emiten ke-538 dari total emiten. PRDA melepas sahamnya dengan jumlah 187,5 juta saham atau setara 20 persen dari total saham perusahaan.
Namun siapa sangka saham PRDA yang ditawarkan melalui penjualan saham perdana alias initial public offering (IPO) mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 3 kali. Dari harga Rp6.500 per lembar saham yang ditawarkan kepada investor, Prodia mendapat suntikan dana sebesar Rp1,22 triliun. Namun nilai sahamnya mengalami penurunan menjadi Rp5.125 per saham, atau turun 21,15 persen dibandingkan harga penawaran.
Sebelum melakukan IPO, PT Indo Premier Securities sebagai penjamin emisi melakukan penawaran (roadshow) ke beberapa negara, seperti Hong Kong dan Singapura. Tak ayal, hasil perjalanannya ke sejumlah negara mendapat sambutan positif. Tercatat 73 persen institusi investor asing meminati saham Prodia, dan sisanya 23 persen dibeli oleh investor domestik.
Bersamaan dengan IPO, perseroan mengadakan program alokasi saham karyawan dengan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya sebesar 2 persen dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum saham perdana atau sebanyak-banyaknya 3,75 juta saham. Perseroan juga mengadakan program opsi kepemilikan saham kepada manajemen dan karyawan sebanyak-banyaknya 1,5 persen atau 14,06 juta saham.
Selain menunjuk PT Indo Premier Securities, PT Citigroup Securities Indonesia dan PT Credit Suisse Securities Indonesia ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek. Kemudian, menetapkan Citigroup Global Market Ltd., dan Credit Suisse (Singapore) Ltd sebagai agen penjual internasional.
Rencananya, dana hasil IPO akan digunakan untuk sejumlah hal. Sekitar 67 persen akan digunakan untuk mengembangkan dan memperbesar jaringan outlet perseroan di Indonesia, baik di pasar yang ada saat ini maupun pasar baru, baik melalui pertumbuhan organik maupun inorganik.
Kemudian, sekitar 19 persen akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas layanan perseroan melalui pembelian peralatan teknologi diagnostic generasi terbaru, peralatan untuk pemeriksaan non-laboratorium, dan peralatan perlengkapan teknologi informasi.
Sisanya sebesar 14 persen akan digunakan untuk modal kerja, baik untuk mendukung kegiatan operasional kantor perusahaan dan outlet yang ada saat ini maupun outlet yang baru masuk klinik khusus dan klinik Prodia Health care.(DD/IRM)