Sepanjang tahun 2016, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 16 perusahaan telah menawarkan sahamnya di lantai bursa Indonesia. Sejumlah perusahaan dari berbagai sektor seperti infrasrtruktur, jasa keuangan, energi, dan kesehatan melakukan penawaran saham perdana melalui skema Initial Public Offering (IPO). Dari 16 emiten tersebut, diperoleh dana hingga mencapai Rp12,106 triliun.
Meski jumlah emiten yang melantai di bursa tidak memenuhi target sebanyak 20 emiten, namun kalangan pebisnis tetap optimis kondisi itu akan bisa mendongkrak perekonomian Indonesia.
IPO sendiri ditujukan untuk menghimpun dana/modal dari masyarakat atau investor bagi suatu perusahaan. Perusahaan yang IPO dengan tujuan ini akan menjadikan para investor sebagai teman bisnis, dimana semua hak mereka tidak akan ada yang diabaikan atau dihilangkan. Biasanya sebuah perusahaan yang sudah melepaskan sahamnya ke publik, kalangan investor akan memandang perusahaan tersebut sebagai perseroan yang ditata kelola dengan baik, transparan, dan meningkatkan kredibilitasnya.
Namun tak semua perusahaan yang melakukan IPO bisa mendapatkan penambahan modal yang diinginkannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham di lantai bursa. Faktor-faktor tersebut antara lain, kondisi makro ekonomi baik di dalam maupun di luar negeri (global), kinerja perusahaan, faktor fundamental perusahaan, dan faktor pasar. Hal-hal itulah yang akan akan memberikan pengaruh terhadap pasar saham.
Tidak tercapaianya target jumlah emiten pada tahun ini dinilai oleh sejumlah kalangan tak lepas dari pengaruh kondisi ekonomi global. Hal itu juga diakui oleh Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistyo atas anjloknya IPO global sebesar 74 persen. Disisi lain, menyangkal, faktor politik tanah air yang kini tengah memanas jadi penyebab penurunan jumlah IPO. "Politik tak pernah mempengaruhi pasar modal kita," tandasnya.
Setidaknya Tito masih menaruh harapan besar kondisi akan membaik pada tahun 2017. Kondisi ini tentu sejalan dengan target BEI yang memproyeksikan banyaknya emiten baru yang akan mencatatkan perusahaannya di papan bursa. BEI pun membidik 30-40 emiten baru di tahun ‘ayam api’ ini.
Kondisi global memang sangat memengaruhi target IPO pada tahun ini. Situasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Kondisi pasar yang juga cenderung masih fluktuatif membuat investor tidak bisa menyerap saham IPO. Hal itulah yang membuat emiten berpikir ulang untuk melakukan penawaran saham perdananya. Faktor lain yang memicu minimnya IPO, para pelaku usaha menganggap momennya kurang tepat. (DD/IRM)