PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan ada 30 lebih perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) pada 2017. Target tersebut bisa dikatakan tidak terlalu muluk, meski berdasarkan pencapaian pada 2016, hanya ada sekitar 16 perusahaan yang melakukan IPO. Namun BEI tetap optimis dengan pencapaian tahun ini.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengakui, meski perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO) di 2016 hanya sebanyak 16 perusahaan, namun dia optimistis emiten baru yang menawarkan saham perdananya di BEI pada tahun ini jumlahnya akan meningkat drastis, sebanyak 30 perusahaan.
“Tapi tahun ini kami percaya di atas 30 (emiten baru) karena menurunnya bunga dan tingginya permintaan kepada saham,” ujar Tito di Gedung BEI, Kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (3/1).
Dia menambahkan, tingkat suku bunga yang semakin membaik akan mendorong permintaan saham. Menurutnya, permintaan saham sejalan dengan tingkat suku bunga. “Tingkat bunga membaik maka permintaan saham akan naik, mereka IPO,” imbuhnya.
Tito mengakatakan, bahwa peningkatan jumlah perusahaan yang akan melakukan IPO di 2017 juga karena banyak perusahaan yang membutuhkan modal jangka panjang dan memilihnya melalui pasar modal. “Karena investasi jangka panjang kan memang dari pasar modal,” terangnya.
Ia pun berencana akan memudahkan pendaftaran bagi para perusahaan yang ingin melantai di bursa melalui mekanisme IPO. Sebelumnya, perusahaan daerah yang ingin mendapat modal tambahan dari pasar modal harus melengkapi dokumen di Jakarta. Hal ini yang akan diubah.
“Insya Allah dalam waktu dekat kalau memungkinkan dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan (OJK), masukinnya (dokumen) cukup di OJK. Itu secepatnya (bisa diproses), kita di bawah OJK,” tandasnya.
Terkait kemudahan pelayanan, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, pun mengatakan pihaknya akan memudahkan urusan administrasi yang selama ini dikeluhkan para pengusaha.
“Kantor cabang OJK di kota-kota besar bakal bisa dijadikan tempat mengurus administrasi calon emiten yang akan listing. Selain itu, urusan dokumen offline akan dialihkan ke sistem online. Jadi para peminat tak perlu lagi jauh-jauh mengurus ke Jakarta,” kata Nurhaida.
Nurhaida optimistis target tersebut bisa dikejar lantaran akan banyak anak perusahaan milik negara yang diprivatisasi, misalnya PT Tugu Pratama Indonesia, yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero), dan Garuda Maintenance Facility (GMF).
“Menurut pengalamannya, saham perusahaan BUMN kerap laris di pasar modal. Kami sudah banyak diskusi dengan Kementerian BUMN, semoga terealisasi semua,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, berkat program amnesti pajak pula, perusahaan yang tertutup akan membuka diri. Sebab, selama ini masih banyak perusahaan yang enggan bersikap terbuka karena terbiasa mampu menyiasati pajak. “Sekarang tidak lagi. Mereka akan memilih menjadi perusahaan terbuka” ucapnya.
Darmin yakin di 2017 catatan emiten baru akan meningkat dibanding tahun 2016, karena kesuksesan program tax amnesty. Sebab dengan banyaknya repatriasi yang masuk ke Indonesia membuat para perusahaan semakin percaya diri untuk meraup modal di bursa saham dengan melakukan IPO.
“Saya percaya dengan tax amnesty ini apabila di follow up dengan sistematik akan banyak emiten baru yang akan masuk pasar modal,” tuturnya.
Tak hanya itu, menurut Darmin sejatinya Indonesia memiliki Undang-Undang yang mewajibkan perusahaan dengan jumlah aset tertentu dan mengelola dana dari masyarakat wajib melaporkan kinerja keuangannya. Bagi perusahaan tersebut ada baiknya untuk terjun menjadi perusahaan terbuka di pasar modal.
Selain itu, Darmin juga mengimbau agar BEI memanfaatkan teknologi komunikasi untuk menjaring emiten baru. Dirinya ingin agar BEI membuka cabang diberbagai daerah yang bisa melayani pendaftaran IPO sehingga tidak hanya terpusat di Jakarta.
“Dengan itu jika ditambah tax amnesty bahwa emiten baru akan banyak muncul pada 2017. Saya percaya kelemahan tahun ini akan bisa diatasi,” pungkasnya.
Inilah Emiten yang Dibidik BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) bersiap menyambut emiten baru. Pada Februari nanti, satu perusahaan siap mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di BEI. Satu calon emiten ini berasal dari sektor ritel.
“Nilai emisinya di atas Rp 500 miliar,” ujar Direktur BEI Samsul Hidayat, Selasa (3/1).
Meski enggan membuka identitas calon emiten tersebut, Namun Samsul memastikan bahwa perusahaan ini memakai buku September 2016 sebagai dasar valuasi. Sebelumnya, telah diberitakan sedikitnya ada tiga perusahaan yang siap masuk bursa saham di awal tahun ini. Dua di antaranya adalah perusahaan yang batal IPO tahun lalu, yakni PT Anugerah Berkah Madani dan PT Forzaland. Keduanya akan menjual masing-masing 25 persen dan 20 persen saham.
Sebelumnya, Forzaland menyatakan membidik dana sebesar Rp93,7 miliar-Rp109,3 miliar dari publik. Selain itu, ada PT Bintraco Dharma yang sudah mendaftar IPO tahun ini. Bintraco berniat melepas 20 persen saham. Bintraco adalah agen penjual kendaraan roda empat yang beroperasi di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Emiten-emiten tersebut menjadi bagian dari 30 emiten baru yang diundang BEI untuk IPO tahun ini. Sebagian besar emiten yang diundang adalah anak usaha BUMN.
“Sudah ada sekitar 14 anak usaha BUMN yang kami bicarakan,” lanjut Direktur Utama BEI Tito Sulistio.(DD)