Kualitas Transparansi dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

ilustrasi
ilustrasi | Nugroho/AnnualReportID

Kompetisi tahunan Annual Report Award (ARA) 2016 baru saja digelar, kali ini merupakan ARA ke-16 sejak pertama kali event ini diselenggarakan pada tahun 2002. Apresiasi terhadap ajang ini semakin meningkat dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah peserta dari tahun ke tahun. Untuk tahun ini, peserta ARA mencapai 314 perseta, yang terdiri dari perusahaan BUMN/BUMD, swasta dan Dana Pensiun.

Selain itu, dalam tiga tahun belakangan, event tahunan ini juga dimeriahkan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ikut berpartisipasi dalam ajang bergengsi tersebut. Kali ini, tercatat ada 12 BPR yang ikut berpartisipasi, meningkat dari ARA sebelumnya. Sejak ARA 2014 terdapat 3 BPR yang ikut berpartisipasi, kemudian meningkat menjadi 11 BPR pada ARA 2015.

Meski tak ikut dalam kompetisi, namun keikutsertaan BPR ini membuktikan antusiasme mereka untuk menyajikan laporan tahunanya secara transparan dan akuntabel. Tak heran, jika panitia berencana untuk menambah kategori dalam kopetisi ARA untuk BPR.      

ARA secara konsisten dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Kementerian BUMN serta beberapa lembaga terkait ini, merupakan kompetisi tahunan dengan melakukan penilaian terhadap kualitas penyajian informasi dalam Annual Report sebuah perusahaan. Melalui ajang ini, perusahaan akan mendapatkan evaluasi yang berbobot terhadap kualitas penerapan keterbukaan informasi yang dilaksanakan dalam satu tahun. Perusahaan juga akan mendapatkan respons opini yang positif jika melakukan penerapan keterbukaan informasi yang bertanggung jawab.

Hoesen, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK sekaligus selaku Ketua Panitia Pengarah ARA 2016, menyampaikan bahwa penyelenggaraan ARA bertujuan untuk melakukan penilaian atas kualitas keterbukaan informasi dan penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam laporan tahunan, dengan mengacu pada ketentuan dan pedoman yang berlaku secara nasional maupun internasional.

Selain itu informasi yang relevan diharapkan juga secara wajar disajikan dalam laporan tahunan. “Saya optimistis ini komitmen kuat untuk ikut mendukung tata kelola perusahaan yang baik di perusahaan yang bapak ibu pimpin,” ujar Hoesen, Selasa (19/9/2017).

Hoesen mengharapkan penghargaan yang diterima tidak hanya menjadi motivasi untuk sekadar memperbaiki posisi atau peringkat, melainkan yang paling penting adalah melakukan peningkatan kualitas pelayanan.

“Saat ini yang tentu terus menjadi PR adalah peningkatan tata kelola perusahaan yang baik, sehingga tidak hanya memperbaiki posisi peringkat, tapi juga dapat mempromosikan iklim investasi di Indonesia dan dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” ungkapnya.

Sementara itu Sudaryono selaku Ketua Dewan Juri ARA 2016, mengharapkan penyelenggaraan ARA ini dapat mendorong peningkatan kinerja perusahaan-perusahaan untuk menjadi lebih baik lagi.

“Sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas, transparansi, untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.

Terlebih tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai level 5,1 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen ini disebut sebagai pertumbuhan ekonomi baru. Hal tersebut cukup realistis jika mengacu pada pertumbuhan ekonomi domestik di tahun 2016 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,02% di tengah perlambatan ekonomi global.

Bahkan pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018 ditargetkan sebesar 5,4 persen. Ini adalah pertumbuhan ekonomi yang optimis dan harus didukung oleh perbaikan kinerja perekonomian nasional di segala sektor dalam rangka peningkatan investasi.

Tentu saja, keterbukaan informasi yang transparan dan akuntabel sangat dibutuhkan untuk menarik minat investor. Laporan tahunan menjadi salah satu media informasi yang cukup efektif, untuk memperkuat peningkatan investasi dalam negeri. (DD)