Meneropong Seksinya Sektor Properti

Studio Design AnrepID
Ilustrasi | Studio Design AnrepID

Industri properti di Indonesia terlihat tengah bergeliat dan menunjukkan tren positif di tahun ini. Dimana pada 2016 ini, prospek industri properti semakin menunjukkan perkembangan yang menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat perekonomian masyarakat yang kian membaik. Ditambah lagi dengan gaya hidup masyarakat yang menuntut ketersediaan rumah tinggal, apartemen atau ruang hidup yang lebih berkualitas serta menjadi sarana investasi yang dapat mendapatkan capital gain yang baik.

Disamping itu, Pemerintah sejak awal tahun 2016 telah mengeluarkan kebijakan bahwa dana repatriasi yang masuk ke Indonesia hasil program tax amnesti akan dialihkan ke sektor riil, termasuk properti. Tentunya industri properti akan sangat diuntungkan dari penerapan tax amnesti ini. Karena properti menjadi bagian dari pintu masuk atau gateway dari dana repatriasi tax amnesty.

Pada dasarnya, bisnis properti merupakan bisnis yang memberikan keuntungan yang besar terhadap investor properti tersebut. Hal ini disebabkan karena inti dari bisnis ini menyediakan beragam kebutuhan pokok masyarakat dan ditambah semakin tingginya permintaan masyarakat terhadap produk properti tersebut. Peluang laba lainnya dari bisnis properti ialah semakin naiknya harga di sektor lahan setelah bangunan rumah tersebut mulai didirikan.

Menurut sebagian pengamat, alasan pengembang melakukan pembangunan properti di Indonesia karena peluang bisnis properti di Indonesia sangat menjanjikan, terutama banyaknya permintaan kebutuhan properti oleh masyarakat Indonesia. Disamping itu, sedikit dipengaruhi juga dengan melambatnya perekonomian Cina dan India serta terbatasnya peluang pasar Jepang dan Australia di sektor bisnis properti.

Tak heran, jika bisnis properti ini semakin dilirik banyak investor kelas lokal maupun investor asing. Dengan demikian, minat para investor tentu tidak terlepas dari cerahnya prospek bisnis dibidang properti. Berdasarkan data statistik, Indonesia mengalami kekurangan rumah sekitar 15 juta unit. Selama per tahun nya, permintaan pembangunan rumah kurang lebih 700 ribu hingga 800 ribu rumah. Sementara pengembang hanya sanggup menyediakan rumah 200-300 ribu unit per tahunnya.

Misalnya perusahaan developer China Communications Construction Group (CCCG) yang kini melirik pangsa pasar Indonesia melalui PT China Harbour Jakarta Real Estate Development. Perusahaan developer asal negeri Tirai Bambu ini berencana untuk membangun properti apartemen tahap satu yang terdiri dari delapan tower di area Daan Mogot, Jakarta Barat, di atas tanah seluas 3,3 hektar (ha). Untuk investasi pertama ini, mereka pun tengah menyiapkan dana sekitar Rp3 triliun-Rp4 triliun.

Sementara itu, salah satu pemain besar di sektor industri properti dalam negeri, PT Agung Podomoro Land Tbk (APL) mengaku masih menaruh harapan besar akan pertumbuhan industri tersebut. Terlebih dengan adanya program tax amnesty dari pemerintah yang diharapkan bisa lebih positif ke seluruh sektor ekonomi, termasuk properti. 

Assisten Vice President PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Agung Wirajaya berharap, setelah memahami dan mengikuti program amnesti pajak, investor bisa memanfaatkan peluang untuk membeli langsung produk properti atau bertindak sebagai investor. Menurutnya, untuk produk-produk properti Agung Podomoro, yang banyak diminati saat ini adalah Orchard Park Batam, Podomoro City Deli Medan (POCI), dan Podomoro Golf View (PGV) Cimanggis.(DD)