Kinerja BUMN Infrastruktur Pun Melejit

Ilustrasi
Ilustrasi | Candra/Annualreport.id

Dalam dua tahun terakhir, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) memang tak tinggal diam dengan kondisi perekonomian dunia yang belum stabil. Pemerintah terlihat sangat gencar berupaya untuk memulihkan kondisi perekonomian dalam negeri, yang tentunya sangat berafiliasi terhadap masa depan korporasi di Indonesia.

Salah satunya bidang yang terus digenjot adalah pembangunan infrastruktur. Pemerintah menilai bahwa pembangunan infrastruktur ini merupakan penunjang pertumbuhan dan perkembangan perkenomian dalam negeri.

Anggaran di bidang infrastruktur ini pun dinaikkan. Pada tahun 2015 saja, anggaran infrastruktur mencapai Rp290 triliun, sedangkan pada 2016, angkanya ditinggikan lagi menjadi Rp313 triliun.

Indonesia memang sangat membutuhkan infrastruktur untuk mengurangi biaya logistik, mengurangi kesenjangan antar-daerah, menciptakan kantong-kantong ekonomi baru, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Karena, tanpa infrastruktur yang memadai, Indonesia tidak akan pernah bisa naik kelas menjadi negara maju.

Sepanjang dua tahun belakangan ini, Pemerintah memang hampir tak pernah berhenti merancang dan meresmikan proyek-proyek infrastruktur mulai dari jalan tol hingga pembangkit listrik, mulai dari pelabuhan hingga bandara.

Hal tersebut terlihat dari kinerja perusahaan konstruksi yang dikendalikan negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencetak pemenuhan lebih baik di paruh pertama tahun 2016, dibandingkan dengan prestasi mereka di periode yang sama tahun lalu. Ini merupakan hasil dari upaya Pemerintah untuk mempercepat proyek-proyek infrastruktur.

Dari empat perusahaan milik negara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, PT Waskita Karya (WSKT) membukukan pertumbuhan pendapatan tertinggi pada semester pertama tahun ini dari periode yang sama di tahun 2015. Perusahaan dijamin Rp8 triliun pendapatan dalam enam bulan , dua kali lipat periode tahun sebelumnya.

Kemampuan Waskita dalam menangani proyek-proyek konstruksi meningkat setelah menerima Rp3,5 triliun dari suntikan modal negara pada tahun 2015. Sampai dengan semester pertama tahun ini, kontrak baru yang diperoleh Waskita sebesar Rp46 triliun, empat kali lebih banyak dari pencapaian tahun sebelumnya.

Di posisi kedua, PT Wijaya Karya (WIKA) membukukan pendapatan sebesar Rp6 triliun selama Januari-Juni tahun ini, naik 26 persen dari semester pertama 2015. Salah satu proyek terbesar yang ditangani oleh WIKA adalah Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta International Bandara, dengan nilai investasi Rp5,7 triliun.

Pada Juli 2016, WIKA telah ditangani dengan kontrak baru sebesar Rp16 triliun, 31 persen dari target tahun ini, untuk membangun 142 kilometer Jakarta-Bandung-kecepatan tinggi kereta api (HSR). Perusahaan akan mendapatkan suntikan modal sebesar Rp6,15 triliun dari Pemerintah dan investor publik melalui skema rights issue.

Pada saat yang sama, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) mencatat pendapatan yang meningkat Rp5,2 triliun dengan laba bersih mencapai 122 persen menjadi Rp355 miliar.

Meskipun tampaknya fokus pada bangunan rumah, PTPP menerima sejumlah besar kontrak dari rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) segmen, yang mengarah ke margin keuntungan meningkat secara signifikan pada semester pertama 2016.

Pendapatan perseroan dari segmen EPC, yang sebagian besar berasal dari proyek-proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt, meningkat empat kali lipat menjadi Rp1,6 triliun dibandingkan dengan kinerja pada periode yang sama tahun lalu.

proyek EPC telah dihasilkan 22 persen di margin keuntungan, lebih besar dari segmen konstruksi sekitar 3 persen. Dengan demikian, kontribusi segmen EPC meningkat menjadi 17 persen dari pendapatan setengah tahun, dibandingkan dengan 5 persen pada periode yang sama tahun lalu. (DD)