Kinerja positif pun diperlihatkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang perbankan dalam dua tahun terkahir. Di tengah kondisi perekonomian yang masih belum stabil, empat bank milik negara ini mampu bertahan dan memperlihatkan peningkatan kinerja dari tahun lalu hingga kuartal III tahun ini.
Keempat bank tersebut adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri).
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 32,6 persen menjadi Rp1,6 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Direktur Utama BTN Maryono, mengatakan kinerja positif BNI didorong oleh pertumbuhan kredit dan meningkatkan kualitas kredit.
Sampai sembilan bulan pertama tahun ini, bank dengan kode emiten BBTN itu mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 16,9 persen menjadi Rp131,6 triliun dibandingkan dengan Rp153,8 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Maryono pun mengaku akan terus mengejar target pertumbuhan kredit sebesar 20 persen sampai akhir tahun ini.
“Dalam mendorong pertumbuhan kredit, untuk segmen kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi, kami akan tingkatkan pelayanan, untuk KPR nonsubsidi kami tambah segmen baru yang plafon maksimalnya Rp200 juta,” katanya.
Di sisi lain, untuk segmen konstruksi, perseroan mengaku akan fokus kepada pengembang properti yang mengejar realisasi pembangunan dalam tiga bulan terakhir pada bulan ini.
Secara rinci pertumbuhan KPR subsidi perseroan sampai sembilan bulan pertama tahun ini senilai Rp52,3 triliun, sedangkan KPR nonsubsidi senilai Rp58,6 triliun. Lalu, perseroan juga menyalurkan pembiayaan terkait perumahan senilai Rp8,7 triliun dan kredit konstruksi senilai Rp20,6 triliun.
Salah satu yang mendorong pertumbuhan kredit BTN antara lain, adalah program sejuta rumah dari pemerintah. Program yang masuk dalam KPR subsidi perseroan disebut menjadi salah satu tumpuan untuk mengejar target kredit perseroan pada tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pada kuartal III 2016 ini, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih Rp18,62 triliun, naik tipis dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp18,28 triliun.
Kenaikan laba ditopang oleh kenaikan kredit sebesar 8,06 persen menjadi Rp603,47 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp558,45 triliun. Adapun aset bank publik itu tercatat Rp894,36 triliun dari periode sebelumnya Rp845,99 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang mempublikasikan laporan keuangan pada pekan sebelumnya, mencatat kenaikan laba sebesar 28,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp7,72 triliun.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni sebelumnya mengatakan kenaikan laba bersih perseroan ditopang oleh dua pos pendapatan, yakni pendapatan bunga bersih dan pendapatan yang berbasis komisi.
Pendapatan bunga bersih bank pelat merah itu tercatat naik 15 persen menjadi Rp21,87 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp19,02 triliun.
“Kenaikan itu menunjukkan peningkatan kualitas kredit BNI dengan tetap menjaga NIM di level 6,2 persen,” katanya
Selain pendapatan bunga bersih, laba BNI ditopang oleh pendapatan nonbunga yang meningkat 20 persen menjadi Rp 6,24 triliun. Pendapatan komisi didukung oleh fee base incometrade finance, pengelolaan rekening, dan bancassurance.
Baiquni optimistis laba BNI pada tahun ini akan lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu, sambungnya, laba akhir tahun masih di bawah pencapaian persentase kuartal III 2016.
“Laba itu kalau sepanjang tahun di bawah 28 persen, tetapi pasti masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya.
Pertumbuhan laba BNI sepenuhnya ditopang oleh ekspansi usaha perseroan. Bank publik itu pada kuartal III2016 membukukan kenaikan kredit sebesar 21,1 persen menjadi Rp372,02 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (Bank Mandiri) menjadi satu-satunya bank milik negara yang tidak terlalu berharap besar terhadap perolehan laba tahun 2016 ini. Bank Mandiri mencatatkan penurunan laba bersih 17,6 persen menjadi Rp 12 triliun. Laba turun tersebut seiring Perseroan meningkatkan biaya pencadangan sebesar Rp 8,5 triliun menjadi Rp 15,9 triliun pada September 2016.
Sementara pendapatan bunga dan syariah bersih naik menjadi Rp 40,95 triliun hingga kuartal III 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 34,89 triliun. Beban operasional terhadap pendapatan operasional naik menjadi 77,13 persen per 30 September 2016 dari periode sama tahun sebelumnya 70,26 persen. NPL gross naik menjadi 3,69 persen hingga kuartal III 2016.
Kepala Riset PT Buana Capital Suria Dharma, sebagaimana dikutip liputan6.com, menuturkan, kinerja bank BUMN alami isu berbeda-beda. BTN mencatat laba paling besar karena dipicu oleh kredit properti. Hal itu mengingatkan backlog rumah murah sekitar 1 juta, sementara permintaan masih tinggi. Namun dana pihak ketiga BTN belum besar dari tiga bank BUMN lainnya.
Sementara kinerja BNI tumbuh didukung dari perbaikan restrukturisasi kredit perseroan. Kinerja laba bersih BRI tumbuh tipis, namun performa tetap bagus, NPL pun tetap terjaga. BRI juga mencatat penyaluran KUR yang cukup tinggi. (DD)