Indonesia Economic Quartely, laporan per kuartal ekonomi Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, menyebutkan, hingga kuartal III bahkan sampai kuartal IV mendatang, perekonomian Indonesia akan tetap kuat meski perekonomian dunia masih lambat bahkan lebih lambat dari yang diperkirakan. Indonesia pun mampu menurunkan angka kemiskinan.
Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, dalam laporan yang dirilis pada 25 Oktober 2016 lalu tersebut mengatakan, penguatan perekonomian Indonesia ini disokong oleh perbaikan tata kelola fiskal, kebijakan publik yang lebih kuat, serta reformasi struktural, termasuk tanggapan tepat waktu terkait harga pangan.
“Risiko telah menurun dan beberapa indikator membaik. Ke depan, kami optimis bahwa upaya berkelanjutan untuk mengembangkan pariwisata dan manufaktur akan menghasilkan lebih banyak pekerjaan, meningkatkan pendapatan ekspor, dan semakin mendukung pertumbuhan,” katanya.
Hingga kuartal III ini, pertumbuhan perekonomian negara-negara maju masih muram. Pertumbuhan negara-negara berkembang juga relative lambat. Bahkan ekonomi Tiongkok diperkirakan akan terus melambat karena terus melakukan transisi dari sektor industri dan investasi yang sarat dengan impor dan komoditas ke sektor konsumsi dan jasa. Hal ini, berdasarkan laporan Bank Dunia, akan memiliki dampak jangka pendek yang relatif lebih besar kepada Indonesia dibandingkan dengan negara-negara yang perekonomiannya relatif kurang bergantung pada (ekspor) komoditas.
Dipaparkan dalam laporan Bank Dunia tersebut bahwa penguatan perekonomian dalam negeri ini juga diakibatkan oleh tekanan inflasi yang menurun yang memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk memotong suku bunga acuan sebanyak lima kali. Pada bulan September, inflasi terus menurun tajam, sebesar 3,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy), sementara inflasi inti 3,2 persen yoy.
Penurunan inflasi ini sebagian disebabkan oleh harga makanan yang lebih stabil, terutama beras, dan biaya transportasi yang lebih rendah yang disebabkan oleh penurunan harga BBM pada awal tahun.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang mendapat tekanan di kuartal ke II, pada kuartal ke III ini cenderung stabil karena kondisi pasar keuangan global yang juga relatif stabil serta Neraca Pembayaran yang surplus. Padahal, sebagian besar mata uang negara-negara berkembang lainnya belum meningkat nilainya sebagaimana Rupiah.
Asset keuangan dalam negeri dinilai memiliki kinerja yang relatif baik dibandingkan dengan negara-negara yang setara di kawasan di Triwulan ke-3 ini. Penurunan pertumbuhan kredit di Indonesia pun telah stabil, karena Bank Indonesia mengeluarkan pelonggaran kebijakan moneter.
Sementara itu pula, Program amnesti pajak Pemerintah terbilang sukses. Pemerintah berhasil memungut pajak di bawah program tersebut sebesar Rp 93,4 triliun, atau 56,6 persen dari target, pada akhir tahap 1 pada tanggal 30 September 2016.
Pencapaian positif lainnya di sepanjang periode ini adalah menurunnya tingkat kemiskinan sebesar 10,9 persen. Angka ini merupakan penurunan secara tahunan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir. Menurunnya angka kemiskinan ini sebagian besar akibat stabilitas harga pangan yang kemudian memberi kontribusi besar bagi pengentasan kemiskinan serta perluasan program bantuan sosial.
Menurut Bank Dunia, jika Indonesia ingin meningkatkan penerimaan ekspor di tengah perlambatan ekonomi dunia ini, salah satu caranya adalah dengan meningkatkan sektor pariwisata. Sektor ini memiliki potensi untuk membuka investasi swasta, memperkuat pertumbuhan inklusif dan pertumbuhan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan ekspor, dan memandu investasi infrastruktur yang ditargetkan di daerah tujuan pariwisata.
Bahkan World Travel and Tourism Council, lembaga internasional yang memiliki komitmen untuk merealisasikan pertumbuhan industri pariwisata yang potensial secara maksimum dan berkelanjutan, berpendapat, tiap USD1 juta yang dibelanjakan untuk sektor travel dan pariwisata bisa mendukung 200 lapangan kerja dan USD1,7 juta Dolar AS PDB bagi Indonesia.
Untuk menggenjot sektor pariwisata ini, Kementerian Pariwisata telah menetapkan target untuk menarik USD10 miliar investasi swasta guna perkembangan 10 tujuan wisata pada tahun 2019.