Upaya Bulog Menggapai Rapor Biru

ilustrasi
ilustrasi | winsight.com

Dalam tiga bulan pertama di tahun 2017, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat ada sebanyak 25 BUMN yang menderita kerugian. Total kerugian itu mencapai Rp3 triliun dan Perum Bulog menjadi penyumbang kerugian terbesar sampai Rp903 miliar.

Direktur Keuangan Perum Bulog Iryanto Hutagaol mengakui kalau kondisi pendapatan Bulog pada kuartal pertama tahun ini menurun. Hal itu disebabkan bisnis Bulog sangat tergantung dari kebijakan Pemerintah. Dimana sekitar 70% pendapatan Bulog itu berasal dari penjualan raskin (beras untuk rumah tangga miskin).

Adapun pada semester I-2017 serapan beras oleh Perum Bulog tercatat mencapai 1,3 juta ton, turun dibandingkan dengan realisasi serapan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Harga di penggilingan padi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) serta adanya serangan hama wereng coklat menjadi penyebab serapan beras tidak maksimal. Akibatnya, serapan Divre Bulog rata-rata masih di bawah target yang dipasang Kementerian Pertanian.

Hal ini disampaikan sejumlah Kepala Divisi Regional Bulog di sentra produksi padi kepada Komisi IV dalam rapat dengar pendapat, seperti dilansir bisnis.com. Laporan Divre Bulog Jawa Tengah menyebutkan hama wereng coklat masif menyerang tanaman padi di Jawa Tengah seperti Klaten, Sragen, Pati, Brebes.

Selain itu, HPP terhadap Gabah Kering Panen (GKP), Gabah Kering Giling (GKG), dan beras medium dinilai tidak lagi sesuai dengan kondisi di lapangan. Di sentra produksi padi, harga di penggilingan cenderung tinggi seiring tingginya permintaan.

Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyampaikan, tidak ada perubahan kebijakan di Bulog sehingga menyebabkan serapan beras pada semester I-2017 lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Meski demikian, Perum Bulog masih optimis mampu memenuhi target pengadaan tahun ini sebesar 3,7 juta ton setara beras, meskipun realisasi pada semester I-2017 baru 34,49% dari target sepanjang tahun ini. Anggaran yang disiapkan untuk penyerapan 3,7 juta ton gabah setara beras untuk tahun ini sebesar Rp24 triliun hingga Rp25 triliun.

Perusahaan pelat merah tersebut akan memaksimalkan penyerapan gabah dari petani pada musim panen gadu tahun ini. Pada semester I-2007, pengadaan domestik Bulog hanya sebesar 1.276.427 ton, padahal pada semester I-2016 mencapai 1.801.595 ton setara beras.

Direktur pengadaan Bulog Tri Wahyudi Saleh, mengakui penyerapan semester I-2017 lebih rendah dari periode sama 2016, yakni dari 1.801.595 ton setara beras pada semester I-2016 menjadi 1.276.427 ton pada semester I-2017. Namun demikian, stok beras dalam posisi aman, saat ini Bulog memiliki stok 1,7 ton beras subsidi (PSO) dan kurang dari 50 ribu ton beras komersial.

“kami optimis mampu mendongkrak penyerapan gabah pada musim panen gadu tahun ini. Daerah-daerah di luar Pulau Jawa, Seperti Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi andalan penyerapan Juli-September 2017. Kami yakin penyerapan semester II-2017 sebanyak 3,7 juta ton setara beras,” kata dia seperti dikutip laman Perseroan.

Tri Wahyudi menjelaskan, pada Maret-April 2017, penyerapan Bulog sebenarnya masih tinggi. Tapi memasuki Mei-Juni mulai menurun karena panen sudah mulai habis. Khusus Juli 2017, realisasi penyerapan Bulog melampaui pencapaian Juli 2016. Saat ini, realisasi penyerapan Juli 2017 sudah mencapai 205 ribu ton setara beras. Hingga akhir Juli 2017, Penyerapan diperkirakan bisa mencapai 260-270 ribu ton, lebih tinggi dari Juli 2015-2016 yang dibawah 200 ribu ton.

“Penyerapan selama semester I-2017 memang lebih rendah dari periode sama 2016. Tapi sekarang kan panen ada terus. Kami optimis panen semester II-2017 atau panen gadu bisa menyerap lebih banyak, Sulawesi Selatan dan NTB mulai masuk panen besar,” kata Tri.

Dia memperkirakan, penyerapan pada panen gadu ini bisa mencapai 10-15 ribu ton per hari. Pada pertengahan Juli 2017 bahkan sempat mencapai16 ribu ton per hari dan memasuki Agustus penyerapan akan lebih tinggi.

“Saat ini, panen memang tidak serentak, tapi sambung menyambung. Artinya, peluang untuk mencapai target pada semester II-2017 masih ada. Di berapa lokasi, seperti di Jawa Tengah dan Pantura, memang ada panen yang rusak karena hama. Tapi kami tidak tahu berapa, tidak bisa pukul rata,” kata Tri Wahyudi.

Dia juga mengatakan, meski di beberapa titik ditemui panen yang terkendala akibat serangan hama, tapi hal itu tidak mengganggu penyerapan Bulog. Kendala utama penyerapan Bulog hanyalah fluktuasi harga. Pasalnya, sesuai aturan berlaku, Bulog menyerap gabah atau beras sesuai harga pembelian petani (HPP) yang ditetapkan. Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) Berkisar Rp 4.000 per kg. Bulog ditugaskan menjaga keseimbangan agar petani dan konsumen tidak dirugikan.(DD)