Mengintip Kinerja Perusahaan Swasta Nasional

ilustrasi
ilustrasi | annualreport.id

Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dikatakan mengalami perbaikan. Melalui 14 paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan Pemerintah sepanjang tahun 2016.

Sepanjang 2016, perusahaan swasta nasional memperlihatkan kinerja positif mereka. Misalnya PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), operator jaringan ritel Alfamidi, Alfaexpress, Lawson dan Alfasupermarket mencatatkan pertumbuhan pendapatan neto di 2016 mencapai 18,42% menjadi Rp8,49 triliun dari Rp7,17 triliun pada tahun 2015. Peningkatan laba komprehensif tahun berjalan sebesar 37,33% dari Rp147,40 miliar pada tahun 2015 menjadi Rp202,43 miliar pada tahun 2016.

Perseroan juga membukukan pendapatan bersih sebesar Rp2,14 triliun sampai dengan kuartal 1-2017 atau tumbuh sebesar 15,77% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2016 sebesar Rp1,85 triliun. Perseroan membukukan laba komprehensif sebesar Rp18,36 miliar atau meningkat sebesar 37,99% dibandingkan laba komprehensif kuartal ke-1 tahun 2016 sebesar Rp13,31 miliar.

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur PT Midi Utama Indonesia Tbk, Rullyanto dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS Tahunan), Kamis (18/5/2017).

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dilaksanakan di Jakarta, Kamis (18/5/2017), memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp55,78 miliar atas laba bersih Perusahaan pada 2016.

Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk Iwan Setiawan menyatakan, selama 2016, Perusahaan mampu menunjukkan kinerja yang optimal dengan membukukan penjualan sebesar US$680 juta selama 2016 atau naik 7,7% dari penjualan 2015 yakni US$630,3 juta.

“Nilai total penjualan internasional Perusahaan pada tahun kemarin adalah sebesar US$357 juta dan memberikan kontribusi sebesar 53% dari total penjualan dengan kenaikan nilai sebesar 18,6% dibandingkan dengan penjualan internasional pada 2015,” kata Iwan Setiawan, Kamis (18/5/2017).

PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) membukukan pendapatan sebesar Rp354,2 miliar sepanjang tahun 2016. Hal tersebut diungkapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk Tahun Buku 2016 pada Rabu, (17/5/2017).

Adapun di tahun 2016, secara keseluruhan FORU mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp354,2 miliar. Segmen jasa periklanan sebagai kontributor utama mencatat pendapatan usaha Rp327,23 miliar, atau 92,39% dari total pendapatan usaha.

PT Nippon lndosari Corpindo Tbk (ROTI) sebagai pemilik merek dagang Sari Roti menyetujui pembagian dividen tunai senilai Rp69,49 miliar kepada para pemegang sahamnya di tahun ini.

“Menyetujui pembagian dividen tunai sebesar 25% dari laba bersih tahun 2016, yaitu sebesar Rp69,48 miliar, atau Rp13,73 per saham,” jelas Direktur Independen PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Alex Chin saat paparan publik, seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Menurutnya, sepanjang 2016, Perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp2,52 triliun. Sedangkan laba bersih Perseroan mengalami kenaikan 3,48% year-on-year (yoy) sebesar Rp280 miliar dari tahun 2015 sebesar Rp270,54 miliar.

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 21,6% dari tahun sebelumnya, atau menjadi Rp408 miliar di tahun 2016 dari Rp336 miliar di tahun 2015. Kenaikan ini ditopang dengan kenaikan penjualan yang melejit hingga mencapai Rp8,2 triliun. Sementara itu, untuk tahun ini, Ramayana membidik penjualan Rp8,9 triliun.

Menurut Direktur Keuangan dan Accounting PT Ramayana Lestari Sentosa, Suryanto, dalam keterangannya yang dikutip Kumparan.com, ada beberapa strategi yang sudah disiapkan oleh Perusahaan guna membidik angka tersebut.

“Kenaikan laba bersih menjadi indikasi mulai berhasilnya upaya transformasi ini,” kata Suryanto.

PT Bank Sinarmas Tbk (BSIM) mencatat kenaikan laba bersih yang cukup signifikan, yakni 100,19% untuk tahun buku 2016. Laba bersih yang berhasil diraih Bank Sinarmas senilai Rp371 miliar, jauh lebih besar dari periode sama 2015 di kisaran Rp186 miliar.

Dijelaskan, bahwa kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik 29,34% dan pendapatan operasional lain yang juga menanjak 52,43%.

Sementara itu, Perseroan memutuskan untuk mengalokasikan dividen untuk memperkuat permodalan. Tahun lalu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 17%, sedang akhir Maret ini tercatat 16,72%.

“Sebetulnya, kami butuh modal banyak. Modal sangat penting,” tutur Direktur Utama Bank Sinarmas Freenyan Liwang, dalam keterangannya yang dikutip Indopos.co.id.

PT Bank Bukopin Tbk melakukan pemenuhan kewajiban dengan memutuskan untuk membagikan dividen sebanyak Rp312 miliar kepada para pemegang saham. Angka tersebut setara dengan 30% dari total laba bersih Perseroan pada tahun lalu yang senilai Rp1,04 triliun.

Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Glen Glenardi mengungkapkan, sebesar 70% dari laba bersih Perseroan disepakati untuk dialokasikan sebagai laba ditahan.

“Kami bersyukur di tengah tantangan kondisi makroekonomi, Perseroan berhasil membukukan  pertumbuhan  kinerja  yang menggembirakan,” ujar Glen, seperti dikutip Bisnis.com.

Dijelaskan, pada 2016 lalu, Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba sebelum pajak sebesar 15,14% menjadi Rp1,4 triliun dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya Rp1,09 triliun.

Untuk laba bersih, Perseroan mencatatkan kenaikan sebesar 13,1% menjadi Rp1,04 triliun. Pencapaian laba bersih Perseroan pada tahun lalu itu didukung pertumbuhan kredit sebesar 9,74% menjadi Rp72,5 triliun, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 10,12% menjadi Rp83,9 triliun. Pendapatan operasional lainnya (fee based income) Perseroan pada periode yang sama tumbuh 16,58% menjadi Rp1,4 triliun.

PT Adi Sarana Armada Tbk atau Assa Rent mencatat kinerja yang cukup cemerlang di tahun 2016. Di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil, Assa Rent tetap menunjukkan kinerja keuangan yang baik dengan membukukan pertumbuhan laba yang melejit hingga 82% pada Desember 2016.

Angka yang berhasil di raih Assa Rent tercatat senilai Rp62,15 miliar dari posisi Rp34,17 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan laba tersebut juga seiring dengan naiknya pendapatan usaha Perseroan sebesar Rp1,57 triliun meningkat 12,8% dibandingkan tahun 2015. Mayoritas pendapatan paling besar disumbang dari jasa penyewaan kendaraan dan juru mudi sebesar Rp1.07 triliun.

Pencapaian dan Target 2017

Badan Pusat Statistik (BPS) menjalaskan bahwa pada kuartal I 2017 Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dalam negeri tercatat sebesar 103,42. Hal ini menunjukkan kondisi bisnis meningkat jika dibandingkan kuartal sebelumnya. Namun tingkat optimisme pelaku bisnis lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal IV 2016, dimana nilai ITB tercatat hanya sebesar 106,70.

ITB sendiri merupakan indikator perkembangan ekonomi usaha terkini yang datanya diperoleh dari Survei Tendensi Bisnis (STB) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerja sama dengan Bank Indonesia.

BPS juga mencatat, pada kuartal I 2017 terdapat 12 kategori lapangan usaha mengalami peningkatan kondisi bisnis, empat kategori mengalami penurunan, dan satu kategori relatif stagnan. Peningkatan kondisi bisnis tertinggi terjadi pada lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dengan nilai ITB sebesar 127,31. Sementara itu, kategori lapangan usaha Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mengalami tekanan kondisi bisnis terbesar dengan nilai ITB sebesar 92,00.

Kondisi bisnis pada kuartal I 2017 yang meningkat disebabkan oleh capaian dari tiga komponen pembentuknya. Penggunaan kapasitas produksi/usaha dengan capaian nilai indeks sebesar 104,60, pendapatan usaha dengan capaian nilai indeks sebesar 104,54, dan rata-rata jumlah jam kerja dengan capaian nilai indeks sebesar 101,13.

Adapun nilai ITB pada kuartal II 2017 diprediksi sebesar 104,22. Dengan demikian, kondisi bisnis diperkirakan akan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Tingkat optimisme pelaku bisnis juga diperkirakan meningkat jika dibandingkan dengan kuartal I 2017.

Pada kuartal II 2017 kondisi bisnis di 15 kategori lapangan usaha diperkirakan mengalami peningkatan, sementara dua kategori mengalami penurunan. Peningkatan kondisi bisnis tertinggi diperkirakan terjadi pada kategori sektor transportasi dan pergudangan dengan nilai ITB sebesar 125,27, sedangkan capaian terendah diperkirakan terjadi pada kategori sektor konstruksi dengan perkiraan nilai ITB sebesar 87,95.

Pada kuartal I 2017, beberapa perusahaan swasta nasional memperlihatkan kinerja positif mereka. Mengawali tiga bulan pertama tahun 2017, PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 10,45%. Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan portofolio bisnis Perseroan di awal 2017.

Berdasarkan laporan keuangan unaudited dalam keterbukaan bursa, seperti dilansir Bisnis.com, unit bisnis Lippo Group di sektor asuransi umum ini mencatatkan laba bersih senilai Rp9,31 miliar pada triwulan pertama tahun ini.

Realisasi itu meningkat 10,45% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih pada kuartal I 2016 yang tercatat senilai Rp8,43 miliar. Pertumbuhan laba bersih itu juga sejalan dengan meningkatnya pendapatan premi bruto LPGI. Pada kuartal I 2017, perusahaan ini membukukan premi bruto senilai Rp445,65 miliar.

Terkait kinerja itu, Presiden Direktur LPGI Agus Benjamin, mengatakan pihaknya mampu membukukan pertumbuhan laba bersih dengan ditopang hasil underwriting dan hasil investasi.

Menurutnya, peningkatan premi bruto itu juga terjadi seiring dengan pertumbuhan portofolio bisnis LPGI. “Laba bersih merupakan kombinasi hasil underwriting dan hasil investasi,” jelas Agus.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengumumkan kinerja keuangan untuk kuartal I 2017. Indofood berhasil membukukan pertumbuhan penjualan neto konsolidasi sebesar 6,0% menjadi Rp9,46 triliun dari Rp8,92 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Produk Mi Instan kembali menjadi kontributor terbesar dengan memberikan kontribusi sekitar 63% terhadap penjualan neto konsolidasi, diikuti oleh Dairy, Makanan Ringan, Penyedap Makanan, Nutrisi & Makanan Khusus serta Minuman, yang masing-masing memberikan kontribusi sekitar 20%, 8%, 3%, 2% dan 4%.

Dalam keterangan yang dilansir www.indofoodcbp.com, di jelaskan bahwa laba usaha naik 13,9% menjadi Rp1,52 triliun dari Rp1,33 triliun, dan marjin laba usaha meningkat menjadi 16,0% dari 14,9%.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tumbuh 15,6% menjadi Rp1,09 triliun dari Rp944,8 miliar pada kuartal pertama tahun lalu; marjin laba bersih naik menjadi 11,5% dari 10,6%. Selain itu, core profit meningkat 14,4% menjadi Rp1,11 triliun dari Rp969,5 milliar.

“Kami terus mempertahankan kinerja yang baik di tengah kondisi yang penuh tantangan. Di tengah melemahnya tingkat permintaan akan produk-produk fast moving consumer goods dan tingkat persaingan yang semakin ketat, kami dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan maupun laba di kuartal pertama tahun ini,” kata Direktur Utama dan Chief Executive Officer ICBP Anthoni Salim.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan para entitas anak mencatat kinerja keuangan pada kuartal I 2017 dengan pertumbuhan laba bersih 10,7% menjadi Rp5,0 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp4,5 triliun.

Pendapatan operasional BCA, yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, tumbuh 5,3% menjadi Rp13,5 triliun pada triwulan I 2017 dibandingkan Rp12,8 triliun pada triwulan I 2016.

“Fokus untuk mengembangkan franchise perbankan transaksi telah memungkinkan BCA dalam meningkatkan dana pihak ketiga di tengah fase pemulihan ekonomi nasional. Investasi terus dilakukan untuk memperkuat bisnis inti BCA dan guna beradaptasi secara konsisten sejalan dengan perubahan perilaku dan preferensi nasabah. Dalam triwulan ini, Bank terus menjalankan fungsi intermediasi secara prudent serta menawarkan suku bunga kredit yang kompetitif,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, seperti dilansir bca.co.id.

Sementara itu, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat penjualan sebesar US$143,9 juta setelah melakukan pengiriman 17.524 metrik ton nikel matte di kuartal I 2017. Meski lebih rendah 19% dibandingkan penjualan di kuartal IV 2016, namun 32% lebih tinggi dibandingkan penjualan di kuartal I 2016.

“Harga realisasi rata-rata kami di triwulan pertama tahun 2017 sedikit lebih rendah dibandingkan harga realisasi rata-rata di triwulan keempat tahun 2016,” kata CEO dan Presiden Direktur INCO Nico Kanter.

Perseroan jua yakin harga nikel pada tahun ini akan di tingkatan yang rendah. Hal itu mengingat masih tingginya persediaan di London Metal Exchange dan Shanghai Futures Exchange.

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) menargetkan dapat meraih peningkatan penjualan di tahun 2017 ini. Perseroan berharap, tahun ini penjualan dapat mencapai Rp20-Rp21 triliun, atau naik sekitar 20-25 persen dibanding realisasi pendapatan tahun lalu.

Target tersebut bukan tanpa alasan, membaiknya harga minyak dunia dan mulai naiknya penjualan kawasan industri di Teluk Lamong, Gresik Jawa Timur diharapkan mampu memberi kontribusi besar bagi pendapatan Perseroan.

“Tahun ini kita harapkan penjualan naik 20-25 persen menjadi Rp 21-21 triliun,” ujar Direktur AKR Corporindo Tbk V Suresh, seperti dikutip tribunnews.com.

Sementara itu, Perseroan pun melakukan sejumlah aksi korporasi di tahun ini, diantaranya join venture dengan British Petroleum untuk pengembangan bisnis ritel jaringan pemasaran bahan bakar minyak non subsidi di Jakarta, Surabaya dan Bandung.

“Saat ini kita sudah mengoperasikan sebanyak 129 SPBU dan akan bertambah 145 unit SPBU,” kata Suresh.(DD)