Kebangkitan Perusahaan Milik Negara

ilustrasi
ilustrasi | annualreport.id

Perusahaan milik negara yang tergabung dalam perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat pertumbuhan yang cukup signifikan di 2016. Kementerian BUMN merilis pencapaian yang berhasil dibukukan dari 118 BUMN dengan pertumbuhan laba sebesar 10,1% sepanjang 2016 lalu.

Dari data yang diungkapkan oleh Sekretaris Menteri BUMN Imam A Putro, seperti dikutip Kumparan.com, Kementerian BUMN mencatatkan laba konsolidasi sebesar Rp164 triliun atau tumbuh 10,1% dibandingkan 2015 yang hanya sebesar Rp149 triliun.

Iman mengatakan, peningkatan laba tersebut diperoleh dari pendapatan dan efisiensi. Dia merinci, pada tahun lalu total pendapatan mencapai Rp1.802 triliun, naik 6,1% dibanding 2015 yang sebesar Rp1.669 triliun. Sementara belanja operasional turun 2,8% menjadi Rp1.561 triliun.

Dalam keterangannya yang dikutip Detik.com, Imam mengatakan bahwa realisasi kinerja BUMN di 2016 mengalami kenaikan, seperti aset yang tumbuh 9,8% menjadi Rp6.325 triliun (prognosa), lalu sisi ekuitas tumbuh 12,2%, ETBIDA tumbuh 11% dibandingkan capaian di 2015.

Sedangkan pajak yang dibayarkan tercatat sebesar Rp167 triliun atau sekitar 0,6%. Sedangkan dividen, pada 2016 sebesar Rp37 triliun atau sama dengan yang disetorkan pada 2015.

Meski terjadi kenaikan dari sisi laba maupun pendapatan, dalam keterangannya yang dilansir CNNIndonesia.com, Imam mengatakan adanya perusahaan BUMN yang membukukan kinerja negatif atau merugi pada tahun lalu.

“Data prognosa itu ada 16 BUMN yang mengalami kerugian. Masih angka prognosa. Harapannya kalau sudah audit lebih kecil lagi,” ungkap Imam.

Namun, lanjut Imam, ada beberapa BUMN yang mulai berbalik arah menjadi positif dari sebelumnya mengalami kerugian. Misalnya saja, PT Pupuk Indonesia dan PT Perkebunan Nusantara.

Sementara itu, Menteri BUMN Rini Soemarno berharap perusahaan BUMN dapat lebih profesional, kompetitif, dan memberikan kesejahteraan untuk rakyat. Untuk itu, tahun ini Kementerian BUMN berkomitmen melakukan sinergi antar perusahaan BUMN.

Beberapa langkah lain yang akan ditempuh tahun ini yaitu, hilirisasi kandungan lokal, pembangunan ekonomi daerah terpadu, dan kemandirian keuangan dan penciptaan nilai.

Pencapaian dan Target 2017

Pada tahun 2017, Kementerian BUMN menargetkan perolehan laba perusahaan BUMN dapat mencapai Rp197 triliun atau tumbuh 20,12% dari prognosa 2016 sebesar Rp164 triliun.

Rencana pencapaian tersebut ditopang oleh tingginya pertumbuhan pendapatan pada tahun ini atau sekitar 17,42% menjadi Rp2.116 triliun dari prognosa 2016 sebesar Rp1.802 triliun. Ebitda turut diperkirakan meningkat sekitar 15,01% atau menjadi Rp429 triliun pada tahun ini dari prognosa 2016 sebesar Rp373 triliun.

Pada 2016, Pemerintah menghitung 10 perusahaan BUMN dengan laba terbesar berkontribusi sekitar 85% terhadap total laba seluruh perusahaan. 10 perusahaan ini adalah PT Pertamina (Persero), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), PT PLN (Persero), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR),  PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN).

Untuk tahun ini, Menteri BUMN Rini Soemarno menargetkan hanya satu perusahaan pelat merah yang mengalami kerugian pada 2017 yakni PT Merpati Nusantara Airlines. Menurut Rini, maskapai penerbangan itu paling mungkin merugi tahun ini lantaran tidak lagi beroperasi.

“Yang paling mungkin masih merugi Merpati karena kan sudah berhenti beroperasi,” katanya, seperti dikutip Antaranews.com.

Sementara itu, dalam keterangannya yang dilansir Republika.co.id, Rini mengatakan meski ada beberapa BUMN yang tercatat merugi pada kuartal I 2017, namun ia mengatakan secara keseluruhan BUMN mencatat pertumbuhan yang positif dibandingkan tahun lalu.

Rini mengatakan aset BUMN mengalami pertumbuhan 10% di kuartal I 2017 hingga mencapai Rp6.325 triliun. Ekuitas mencerminkan tumbuh 12% mencapai Rp2.234 trilium. Pendapatan usaha tumbuh 6% menjadi Rp1.832 triliun dan laba bersih tumbuh 10% menjadi Rp164 triliun.

“Kontribusi negara Rp202 triliun dalam bentuk dividen dan pajak belum termasuk PNBP,” ujar Rini.

Ia menjelaskan, untuk kontribusi infrastruktur dan konektivitas, BUMN sudah melakukan pengembangan 24 pelabuhan strategis 9 di timur menaikkan kapasitas terminal kontainer dari 832 ribu TEUs menjadi 2 juta TEUs di 2018.

Selain itu, dalam konteks konektivitas udara, BUMN meningkatkan pelayanan bandara untuk 145 juta penumpang dan 40 juta di antaranya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ia juga menambahkan pembangunan moda transportasi massal yaitu LRT Palembang dan Jabodebek akan selesai 2018 dan 2019.

“Kereta cepat walau mengalami penundaan sudah dimulai pembangunan awal untuk 5 km pertama diharapkan selesai akhir 2019,” ujar Rini.

Dalam sektor energi, Rini mengatakan Pemerintah memberlakukan kebijakan di 2016 untuk BBM satu harga di Papua dan Kalimantan Utara. Pada tahun 2017 BUMN akan implementasikan sistem 1 harga bukan hanya BBM juga untuk semen beras gula dan minyak goreng. Melalui program pembangunan pembangkit liatrik 35.000 MW BUMN bangun infrastruktur kelistrikan termasuk untuk menerangi masyarakat di seluruh Indonesia.

Empat Bank Pemerintah Mulai Akur

Di sektor Perbankan, Menteri BUMN Rini Soemarno memaparkan inklusi keuangan di 2016 bahwa Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) yang terdiri dari 4 bank milik Pemerintah sudah mulai bersinergi. Ia mengatakan ini salah satu distruption hubungan di antara empat bank tersebut.

“Dulu nggak saling bicara tapi sekarang bareng ke mana-mana,” kelakar Rini.

Ia juga mengatakan, empat bank BUMN tersebut pada 2016 menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp93 triliun kepada 4 juta pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Selain itu, BUMN juga melakukan kebijakan Kartu Tani dan Kartu Keluarga Sejahtera berupa kartu kombo tabungan dan e-wallet.

Sebelumnya, seperti diketahui, empat bank milik negara, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk telah melaporkan kinerja keuangannya untuk keseluruhan tahun 2016. Meski menghadapi kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan pada tahun lalu, keempat bank masih bisa meraup laba.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat laba bersih Rp11,34 triliun, tumbuh 25,1% dibandingkan tahun 2015 yang sebesar Rp9,07 triliun. Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga melaporkan pertumbuhan laba bersih sebesar 2,4% untuk tahun 2016 menjadi Rp25,8 triliun. Adapun pada tahun sebelumnya, laba bersih BRI mencapai Rp25,2 triliun.

Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melaporkan, laba bersih tumbuh 41,49% menjadi Rp2,6 triliun pada tahun 2016. Pada tahun 2015 lalu, laba BTN tercatat sebesar Rp1,85 triliun.

Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melaporkan kinerja laba bersih yang kurang menggembirakan pada tahun 2016. Bank Mandiri mencatatkan laba bersih turun 32,1% secara tahunan menjadi Rp13,8 triliun pada tahun 2016, dibandingkan Rp20,3 triliun pada periode yang sama tahun 2015.

Namun tercatat laba sebelum pencadangan (PPOP) Bank Mandiri mencapai Rp43,3 triliun pada akhir tahun 2016. Penurunan laba bersih sejalan dengan peningkatan alokasi provisi atau pencadangan menjadi Rp24,6 triliun pada akhir tahun 2016 dari sebelumnya Rp12 triliun pada 2015.

Keempat bank BUMN tetap optimistis, kinerja akan lebih baik pada tahun 2017. Kredit diharapkan tumbuh lebih baik pada tahun 2017 sejalan dengan perbaikan kondisi perekonomian.

BTN, misalnya, optimistis bahwa segmen kredit pemilikan rumah (KPR) masih cemerlang pada tahun 2017, sejalan dengan permintaan yang urung surut. Sementara itu, BNI masih memandang bahwa kredit di sektor infrastruktur masih menjadi fokus Perseroan.

BRI pun tetap membidik segmen UMKM sebagai motor pertumbuhan kinerja. Bank Mandiri pun membidik kredit infrastruktur sebagai penggerak kinerja pada tahun 2017, sejalan dengan fokus Pemerintah Indonesia dalam berbagai proyek infrastruktur.(DD)