Tak jarang perusahaan dilanda oleh isu besar yang mengancam keberlanjutan usaha. Tentu saja hal ini cukup mengkhawatirkan dan membuat panik seluruh manajemen dan karyawan. Perusahaan harus sigap menghadapi segala macam krisis yang datang tidak terduga. Disinilah fungsi seorang PR (Public Relations) yang dituntut berpikir keras untuk meredakan isu tersebut.
Penulis buku Firsan Nova dalam bukunya yang berjudul “Crisis Public Relations atau Bagaimana PR Menangani Krisis Perusahaan”, mengatakan perusahaan yang besar maupun kecil akan lebih dinilai dari kesalahan mereka daripada apa yang benar dari mereka. Supaya efektif menghadapi publik dan media, perusahaan membutuhkan rencana dan siap menggunakannya pada saat dibutuhkan. Perencanaan yang baik dapat menjaga kepercayaan publik terhadap organaisasi atau individu. (Firsan Nova, 1:2009).
Rosady Ruslan dalam bukunya yang berjudul “Praktik dan Solusi Public Relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra” menyebut agar tidak berkembang menjadi krisis yang lebih besar dan bisa merusak reputasi perusahaan, maka perlu dilakukan Manajemen Krisis. Adapun tahapan strategi penanggulangan dan pengelolaan krisis menurut Rosady Ruslan adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi Krisis
Perusahaan harus bisa dengan cepat melakukan identifikasi terhadap krisis terutama mencari penyebabnya agar bisa segera diambil langkah jalan keluarnya yang tepat. Bila krisis tersebut sulit untuk diatasi, membuang waktu, tenaga, dan biaya maka PR dapat melihat segi lain dari krisis tersebut yang persoalannya tidak terbayangkan sebelumnya, yakni biasanya suatu perusahaan yang terkena krisis atau musibah disertai kemunculan masalah lain yang tidak diduga sebelumnya.
Menganalisis Krisis
Diperlukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi krisis. Langkah tersebut diperoleh dengan menganalisis krisis secara mendalam, sistematis, informatif dan deskriptif terhadap krisis yang terjadi melalui suatu laporan yang mendalam (in-depth reporting). Salah satu cara untuk menganalisis adalah dengan formula 5W + 1H yaitu menganalisis melalui beberapa pertanyaan yang diajukan untuk menetapkan penanggulangan suatu krisis, yakni:
- What – Apa penyebab terjadinya krisis itu
- Why – Kenapa krisis itu bisa terjadi
- Where and when – Dimana dan kapan krisis itu mulai
- How far – Sejauh mana krisis itu berkembang
- How – Bagaimana krisis itu terjadi
- Who – Siapa-siapa yang mampu mengatasi krisis tersebut, apakah perlu dibentuk suatu tim penanggulangan krisis
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas adalah untuk menganalisis penyebab, mengapa dan bagaimana, sejauh mana perkembangan krisis itu terjadi, dimana mulai terjadi hingga siapa-siapa personel yang mampu diajak untuk mengatasi krisis tersebut.
Mengatasi dan Menanggulangi Krisis
Tahapan ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan siapa-siapa personel yang mampu diikutsertakan dalam suatu tim penanggulangan krisis. Mengatasi bagaimana krisis tersebut agar tidak berkembang dan dicegah supaya tidak terulang lagi di masa mendatang. Untuk mengatasinya, selain memberikan informasi yang sejelas-jelasnya, juga perlu diajak pihak ketiga, pejabat pemerintah yang berwenang dalam hal ini, tokoh masyarakat dan lainnya sebagai upaya menetralisasi terhadap tanggapan negatif dan kontroversial.
Karena dianggap sebagai kekuatan, pihak ketiga berfungsi mengukuhkan perbaikan situasi dan kondisi krisis (the third party endorsement), secara tepat dan benar. Tindakan lainnya secara preventif dan antisipatif adalah memperbaiki sistem pengamanan agar lebih ketat dan terjamin dalam proses produksi, mulai dari bahan baku, pengolahan hingga barang jadi untuk menghindarkan kejadian serupa di kemudian hari.
Mengevaluasi Krisis
Tindakan terakhir adalah mengevaluasi krisis yang terjadi. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana perkembangan krisis itu di dalam masyarakat. Apakah perkembangan krisis tersebut berjalan cukup lamban atau cepat, meningkat secara kuantitas maupun kualitas serta bagaimana jenis dan bentuk krisis yang terjadi.(AHM)