Dalam era perkembangan bisnis seperti sekarang ini, tantangan yang dihadapi terasa semakin sulit. Terlebih dengan ketatnya kompetisi antar korporasi atau perusahaan memaksa mereka untuk pandai mengembangkan diri dan mencari inovasi guna memenangkan persaingan. Salah satunya terlihat dari tingkat keterbukaan informasi yang disampaikan.
Mungkin di masa lalu, kita tidak pernah membayangkan bahwa layanan kereta api akan profesional dan memberikan kenyamanan, karena di masa lalu kereta api identik dengan kesemrawutan, gerbong kereta yang jorok, tidak aman karena banyak copet dan penuhnya penumpang yang seperti ikan pepes.
Namun semua itu sirna dalam beberapa tahun terakhir, semenjak era kepemimpinan Ignasius Jonan sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Jonan berhasil menjungkirbalikkan hal-hal yang dipandang orang sebagai hal yang tidak mungkin. Dalam kenyataannya, layanan kereta api berubah menjadi baik dan hasilnya, kinerja perusahaan semakin membaik dan kesejahteraan pun meningkat, karena kebocoran-kebocoran yang terjadi berhasil diminimalisir.
Demikian juga dengan keterbukaan informasi dalam bentuk buku laporan
tahunan. Saat ini, laporan tahunan telah menjadi salah satu komponen penting bagi sebuah korporasi atau perusahaan.
Seiring berjalannya waktu dan tuntutan dunia usaha, laporan tahunan terus mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sekitar tahun 2000-an, laporan tahunan sebuah korporasi atau perusahaan tidak lebih dari company profile yang dibubuhi dengan sedikit analisa keuangan.
Jadi bisa dibayangkan, jika laporan tahunan di era tersebut hampir tidak ada yang setebal saat ini.
Dalam buku “22 Kiat Penulisan Laporan Tahunan Berdasarkan Tuntunan GCG dan Kriteria ARA” dijelaskan, bahwa pada awalnya, korporasi atau perusahaan merasa kewajiban penyampaian laporan kepada publik sebatas kepada penyampaian laporan keuangan semata. Hal ini dikarenakan sebuah kinerja hanya dilihat dari statistik angka-angka semata.
Namun seiring dengan maraknya perkembangan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia, tuntutan yang lebih besar diarahkan pada kebutuhan penyampaian laporan GCG.
Oleh karena itu,perkembangan pembuatan laporan menjadi laporan keuangan ditambah penyampaian aspek GCG. Seiring dengan kebutuhan kesadaran pelestarian lingkungan, korporasi menyampaikan Laporan Keuangan yang ditambah dengan aspek GCG dan ditambah laporan mengenai aktivitas lingkungan. Dan perkembangan saat ini, laporan yang disampaikan kepada stakeholders juga ditambahkan dengan penyampaian laporan kinerja sosial.
Tren ini semakin terlihat dengan adanya kebutuhan pembuatan Sustainability Report (SR). Pembuatan SR diharapkan dapat menjadikan korporasi terus memiliki kinerja secara berkesinambungan.
Oleh karena itulah, korporasi perlu terus menyesuaikan dengan perkembangan dan perubahan lingkungan bisnis. Seiring dengan tuntutan keterbukaan informasi yang salah satunya didorong oleh penyelenggaraan Annual Report Award (ARA), perubahan mengenai isi dari Laporan Tahunan mulai terasa. (DD)