Mengenal Problem Solving Facilitator Perusahaan

ilustrasi
ilustrasi | 123rf.com

Setiap perusahaan pasti kerap mengalami krisis, yang sudah tentu akan berafiliasi terhadap kelanjutan usaha sebuah perusahaan. Bagi perusahaan terbuka, tentu hal ini akan berefek pada kepercayaan stakeholder dan para investor. Disnilah dibutuhkan, inisiatif seorang Public Relations (PR) untuk menjaga kepercayaan ditengah krisis yang dialami perusahaan.

Kesadaran seperti ini, juga dapat diartikan sebagai peluang yang baik bagi seorang PR dalam sebuah perusahaan untuk memainkan perannya. Terlebih dengan era kemajuan teknologi media seperti sekarang ini, semua orang akan dengan mudah dan cepat mendapatkan dan menyampaikan informasi krisis ke seluruh penjuru. Berita mengenai krisis, isu miring, atau pun berita negatif akan dengan cepat menyebar ke mana-mana. Teknologi internet yang kini menjadi bagian dari kehidupan kita menyebabkan mudahnya memperoleh informasi.

Pada dasarnya ada dua macam kemungkinan krisis. Pertama, yang bisa diperhitungkan, dan kedua, yang tidak bisa diperhitungkan. Yang bisa diperhitungkan, berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatan yang digeluti oleh suatu organisasi. Sedangkan yang tidak bisa diantisipasi adalah krisis eksternal yang juga sama-sama berbahaya.

Perusahaan harus membentuk tim khusus yang dapat membantu memecahkan masalah, baik dari segi strategi bisnis maupun dari segi membangun kepercayaan positif pada publik. Seorang PR biasanya akan lebih besar porsinya dari segi membangun kepercayaan publik. Pada bagian ini, menjadi hal yang cukup penting untuk kelanjutan usaha sebuah perusahaan.

Seorang PR harus mampu membuat strategi untuk mempertahankan kepercayaan publik, melalui penyampaian yang baik dan mudah dicerna. Karena dari sini, akan berefek juga pada minat investor untuk membantu perusahaan di tengah krisis yang tengah di alami. 

Tugas utama yang harus dilakukan oleh tim krisis adalah melakukan identifikasi krisis dan menentukan langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Semua tim harus bisa menjelaskan pesan-pesan komunikasi yang sudah disepakati. Tim manajemen krisis harus menghindari pernyataan off the record.

Selain itu, penting juga bagi PR untuk membuat strategi dalam berhubungan dengan media. Karena hal demikian akan menjadi salah satu kunci penting, bagaimana PR dapat mengambil peranannya dengan baik.

Selain media, stakeholder lainnya juga penting untuk dihadapi secara khusus. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan krisis pasti akan diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tim juga harus bisa menjelaskan hal yang sama kepada stakeholder.

Untuk memuluskan program PR, bisa pula dihadirkan pihak ketiga yang dianggap kompeten dan netral. Pihak ketiga ini bisa perorangan maupun organisasi yang dianggap bisa memberikan opini yang independen, namun menguntungkan.

Disinilah peranan lobbying yang seharusnya selalu dilakukan oleh PR menjadi sangat berarti. Pentingnya peranan PR dalam menghadapi isu atau krisis jelas tidak bisa diragukan lagi. Pasalanya, isu yang di diamkan begitu saja akan semakin berkembang dan krisis akan semakin membesar.(DD)