Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset atau unsur yang paling penting di antara unsur-unsur lainnya dalam sebuah perusahaan. Di mana SDM sangat berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan pencapaian tujuan dalam rangka merealisasikan visi dan misi perusahaan.
Sekarang ini, banyak perusahaan yang telah memandang SDM bukan sekadar sebagai sumber daya saja, melainkan lebih sebagai modal atau aset yang berharga yang harus dirawat dan dijaga perkembangannya. Di mana SDM sudah dilihat sebagai aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan dan dikembangkan untuk kebutuhan perusahaan.
Salah satu pengembangan SDM adalah dengan mengenal kepribadian masing-masing pegawai. Pasalnya, masing-masing pegawai memiliki beragam perilaku psikologis yang harus di olah untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dalam sebuah kajian dan penelitian tentang kepribadian manusia, dikenal istilah Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi 4 (empat) tipe kepribadian, yakni :
- Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang selalu bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa curiga.
- Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang selalu menunjukkan wajah berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
- Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
- Cholericus (kolerisi), yakni orang penaik darah dan sukar mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
Dengan adanya berbagai tipe SDM tersebut, perusahaan tentu membutuhkan strategi dalam mengelola SDM agar tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efektif. Salah satunya adalah dengan memberikan sasaran yang ingin dicapai, kemudian menyerahkan teknis pelaksanaan tugas kepada pegawai yang dimaksud.
Selain itu, ada baiknya para pegawai diberikan semacam arahan dan prosedur yang jelas, atau jika perlu diberi target waktu. Disamping itu, seorang pimpinan juga harus memberikan perhatian dan teladan yang baik bagi pegawainya. Bahkan, jika memang memungkinkan janjikan imbalan atau mengharuskan memberikan hukuman yang sesuai harus bisa dilakukan oleh pimpinan atau perusahaan.
Namun, secara tidak langsung, sebuah pendekatan personal antara pimpinan dan pegawainya harus bisa dilakukan dan menghasilkan sebuah solusi bagi tercapainya tujuan dan target perusahaan. Pendekatan yang dimaksud tidak perlu secara prosedural, namun bisa juga dilakukan dengan terjun langsung menghampiri para pegawai dengan memberikan semangat atau motivasi, sehingga tercipta sebuah kebersamaan dan dapat menumbuhkan loyalitas serta tanggungjawab pegawai terhadap perusahaan.(DD)