Tahun Ini, Indra Karya Bidik Peningkatan Raihan Laba Menjadi Rp11,2 Miliar

ilustrasi
Salah satu proyek yang tengah digarap Indra Karya | Dok. Indra Karya

PT Indra Karya (Persero) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konsultan engineering, memperkirakan meraih laba sebesar Rp11,2 miliar tahun ini atau meningkat 160,47% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu yang Rp4,3 miliar.

“Hingga akhir semester pertama saja, Indra Karya telah meraih laba sekitar Rp6,5 miliar dan sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai Rp11,2 miliar,” ungkap Direktur Utama Indra Karya, Milfan Rantawi, dalam keterangannya yang dilansir Bisnis.com, Kamis (13/12/2018).

Terkait dengan raihan laba tersebut, menurutnya, Indra Karya melakukan ekspansi di aspek industri hilir seperti dengan rencana membangun jaringan air bersih untuk kawasan industri dan memasuki bisnis air minum mineral.

“Ini agar bagaimana Indra Karya menerima penerimaan recurring (berulang), dengan tidak hanya sebagai konsultan, tetapi juga bermain di tengah dan di hilir,” ujar Milfan.

Selain itu, lanjut Milfan, pihaknya sejak tahun ini mulai masuk ke dalam industri air minum mineral dengan merek Infresh dan sedang mempersiapkan pabrik produksi terkait hal itu di Surabaya, dengan berkolaborasi bersama anak usaha PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III.

“Bulan Juli lalu telah di-launching produknya,” kata Milfan, yang menambahkan, untuk pabrik di Surabaya tersebut memiliki investasi sekitar Rp70 miliar.

Menurut Milfan, sebelumnya Indra Karya fokus pada bisnis hulu saja seperti, mengkaji potensi wilayah yang bisa dibuat bendungan, dan mengerjakan studi kelayakan terkait pembangunan bendungan.

Selama ini Indra Karya sudah melakukan kajian potensi terhadap wilayah-wilayah yang bisa dibangun bendungan. Kajian tersebut sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

“Setelah melakukan kajian, biasanya kami akan naik ke studi kelayakan yang meliputi topografi, mengkaji bebatuan, tanah, dan meneliti apakah wilayah itu berpotensi gempa atau tidak,” terang Milfan, seperti dikutip Antaranews.com, Kamis (13/12/2018).

Tak hanya menyasar industri air di hilir, Indra Karya juga akan menggali potensi bisnis di bagian tengah. Menurut Milfan, saat ini masih banyak perusahaan yang belum mengambil pasar ini. Industri air bagian tengah yang dimaksud Milfan adalah meliputi pengembalian fungsi situ dan waduk. “Dari pada membuat situ dan waduk baru, lebih baik memaksimalkan waduk dan situ yang sudah ada,” imbuhnya.

Terakhir di bagian hilir. Menurut Milfan, Indra Karya akan menyasar industri air minum dalam kemasan (AMDK). Caranya, Indra Karya tak akan membangun pabrik besar karena akan memakan biaya yang sangat tinggi. “Kami akan memanfaatkan titik-titik sumber air yang bisa dikelola secara maksimal. Di situ, Indra Karya akan membangun pabrik skala kecil,” jelas Milfan.

Bila produksi AMDK disebar di titik sumber air, maka kebutuhan air akan lebih mudah dan memangkas ongkos distribusi. “Saat ini kan tidak, misalnya sumber air di Bogor dan air minum tersebut dikirim ke Sumatra, maka akan memakan ongkos yang mahal,” tuturnya.

Mengenai investasi, nilai yang akan dikeluarkan di setiap titik pembuatan pabrik air bervariasi, tergantung lokasi dan besarnya wilayah. “Paling tidak investasinya mencapai Rp20 miliar sampai Rp80 miliar per titik,” tandas Milfan.(DD)