Tahun Depan, Krakatau Steel Bidik Penambahan Produksi 1 Juta Ton

ilustrasi
Krakatau Steel melakukan sinergi dengan perusahaan-perusahaan Karya milik Negara | Dok. Krakatau Steel

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berencana membeli pabrik baja yang sudah kolaps atau bangkrut sebagai upaya untuk meningkatkan produksi Perseroan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya Perseroan untuk menambah produksi sebanyak 1 juta ton di tahun 2019.

“Di sini saya, dengan teman-teman board on director (BOD), kita mau ambil pabrik yang sudah dan agak kolaps. Kalau untung nggak dijual,” ujar Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, seperti dikutip dari Detik.com, Minggu (25/11/2018).

Dia mengatakan, pabrik kolaps ini akan menambah produksi Krakatau Steel sebanyak 1 juta ton. “Kurang lebih mudah-mudahan tambahan 1 juta ton. Gini, kalau masalah tempat dan sebagainya nggak bisa kasih tahu. Tambahan 1 juta ton per tahun, tambahan. Masih negosiasi,” jelasnya.

Silmy melanjutkan, saat ini kapasitas produksi Krakatau Steel sebesar 5 juta ton per tahun. Tahun depan, kapasitasnya akann naik lagi sebesar 1 juta hingga 1,5 juta ton dengan adanya mesin baru. Jadi, kapasitas produksi tahun depan akan meningkat sekitar 6 juta ton per tahun.

“6 juta-6,5 juta ton, tambahan kan bulan April, jadi saya ngehitungnya 1 juta saja, jadi 6 juta ton,” imbuhnya.

Silmy mengatakan, umumnya Krakatau Steel mampu memproduksi lima juta ton baja setiap tahunnya untuk berbagai sektor, misalnya otomotif, elektronik, kapal, dan konstruksi. Melalui kerja sama ini, pihaknya akan mengerek penyerapan baja lokal, khususnya dari Krakatau Steel.

Sebab, sambung Silmy, banjirnya impor baja mempengaruhi penjualan Krakatau Steel. “Ini karena aturan impor baja terlalu dipermudah,” kata Silmy, dalam keterangannya yang dilansir dari CNNIndonesia.com, Minggu (25/11/2018).

Silmy menambahkan, jika nantinya kebutuhan baja melonjak sampai dua juta ton melebihi perjanjian kerja sama, perusahaannya masih sanggup memenuhi kebutuhan tersebut.

“Dalam waktu satu tahun ke depan kami kejar dulu satu juta ton untuk 2019, kemudian 2020 kami coba menjadi dua juta ton,” ucap Silmy.(DD)