PTDI Banjir Pesanan Pesawat Jenis N219 Sebanyak 120 Unit

ilustrasi
Pesawat jenis N219 produksi PTDI | Dok. PTDI

PT Dirgantara Indonesia (persero) atau PTDI, banjir pesanan pesawat jenis N219 yang sudah dipesan lebih dari 120 unit meskipun belum lulus tahap sertifikasi kelayakan produksi.

“Data terakhir kalau tidak salah Juni lalu sebanyak 100 unit dan baru-baru ini kami mendapat pesanan kembali dari Aviastar sebanyak 20 unit,” ujar Direktur Niaga PTDI, Irzal Rinaldi, dalam keterangannya yang dilansir Kontan.co.id, Senin (15/10/2018).

Menurutnya, pesawat jenis N219 ini banyak di pesan oleh perusahaan maskapai untuk penerbangan ke daerah-daerah terpencil. “Untuk daerah-daerah terpencil biasanya seperti daerah Kalimantan,” jelas Irzal.

Irzal mengatakan, harga per unit N219 sekitar US$5,8 juta - US$6 juta. Sementara untuk pembuatannya, akan dimulai pada awal tahun depan khususnya untuk pembuatan komponen-komponen yang tidak memerlukan sertifikasi.

“Sertifikasi layak produksi itu targetnya sekitar bulan April - Mei tahun depan, tapi awal tahun kita sudah bisa proses pembuatan untuk komponen-komponen yang tidak perlu sertifikasi,” kata Irzal.

Ke depannya, lanjut Irzal, pembuatan unit pesawat akan dilakukan secara bertahap di mana untuk tahun pertama sebanyak 6 unit, kemudian tahun kedua 16 unit, dan akan stabil pada tahun ketiga sebanyak 36 unit.

Sementara itu, PTDI juga tengah mengembangkan drone nasional atau Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE), yang sudah mulai dicanangkan sejak tahun 2015 silam.

Dalam proses penyelesaiannya, PTDI berencana menggandeng pusat teknologi desain, manufaktur, integrasi sistem kerdigantaraan, modernisasi dan dukungan purnajual dengan industri penerbangan asal Turki, Turkish Aerospace Industries (TAI). Adapun TAI akan menjadi distributor untuk memasok sistem misi dari drone nasional ini.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Gita Amperiawan, mengatakan bahwa nantinya sistem yang digunakan di drone ini akan serupa dengan sistem pada drone CH-4 dari China, Anka dari Turki dan Patroller dari Perancis.

“Sistemnya saja yang akan diambil dari luar, tapi UAV MALE tetap murni rancangan Indonesia,” kata Gita, seperti dikutip Kumparan.com, Senin (15/10/2018).

Gita menyampaikan, ke depan, UAV MALE ini juga akan diperlengkapi dengan senjata. Hingga saat ini, Gita mengatakan kalau konsorsium ini masih dalam tahap studi.

“TAI saat ini ikut tender pengadaan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk TNI AU. Pengadaannya sedang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian (Kemhan). Sementara, kita baru akan mulai mengerjakan prototype pada tahun 2019,” ujar Gita.

Gita menjelaskan, UAV MALE ini akan mampu terbang hingga ketinggian maksimum 40 ribu kaki. Sementara itu, drone ini juga mampu beroperasi selama 24 jam dengan jangkauan jelajah operasi sejah 5.000 kilometer.

“Jadi, PTDI akan bicara dengan TAI tentang program, tapi untuk support program UAV MALE tetap dari kita,” tutup Gita.(DD)