PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, menyiapkan dana investasi di 2019 sebesar Rp80 triliun hingga Rp90 triliun. Anggaran itu disiapkan guna menjalankan amanah yang diberikan terutama mengaliri listrik di seluruh wilayah di Indonesia dan mewujudkan ketahanan energi.
Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto, menjelaskan besaran investasi tersebut tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Menurut Sarwono, besaran dimaksud bisa naik atau turun sesuai dengan kebutuhan di masa mendatang.
“Ya sekitar Rp80 triliun-Rp90 triliun lah, tapi nanti tergantung kebutuhan-kebutuhan di lapangan juga,” kata Sarwono, dalam keterangannya yang dilansir dari Metrotvnews.com, Minggu (13/1/2019).
Sarwono mengatakan untuk meningkatkan besaran investasi Perseroan berencana menerbitkan kembali obligasi global atau global bond. Namun dirinya belum mau merinci terkait rencana penerbitan tersebut untuk tahun ini.
“Nanti kita lihat, kita masih punya uang. Tapi pilihan kita itu banyak, enggak cuma global bond, ada lokal bond, kita juga bisa pilih pinjaman, sekuritisasi. Kita pilih mana yang paling bagus, murah, tepat waktu dan harga yang tepat,” tuturnya.
Lebih jauh, dia menambahkan, dana-dana tersebut tentunya diperuntukkan untuk membiayai pembangunan pembangkit 35.000 MW. Sebab, diakui Sarwono, program pembangunan tersebut membutuhkan banyak pendanaan.
Sarwono menjelaskan, Rp90 triliun tersebut nantinya akan didapatkan oleh PLN baik dari ekuitas Perseroan maupun pendanaan dari pihak ketiga. Ia kembali menegaskan, PLN membuka opsi untuk kembali melakukan penerbitan obligasi maupun local bond untuk bisa memenuhi kebutuhan investasi ini.
“Masih ada banyak opsi. Tapi gini, PLN masih punya uang sekarang ini. Kan dari dulu saya janji pilihan kami itu banyak, tidak cuma global bond saja, ada local bond juga, kami bisa pilih pinjaman, sekuritisasi, kami pilih mana yang paling bagus, murah, waktu tepat, kemudian jumlah yang tepat, harga yang tepat,” tegas Sarwono, seperti dikutip dari Republika.co.id, Minggu (13/1/2019).
Tahun lalu, PLN juga menerbitkan obligasi global (global bond) senilai 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp22,83 triliun. Hasil penerbitan saat itu digunakan untuk mendanai kebutuhan investasi dan kebutuhan program 35 ribu MW.
Global bond tersebut diterbitkan dalam dua mata uang sekaligus, yaitu dolar Amerika dan Euro. Perinciannya, 500 juta dolar dengan tenor 10 tahun tiga bulan, 500 juta dolar dengan tenor 30 tahun tiga bulan, dan 500 juta euro dengan tenor tujuh tahun, dan tingkat bunga masing-masing 5,375 persen, 6,25 persen, dan 2,875 persen.(DD)