Pertamina Bikin Panen Petani Bawang Naik 6 Kali Lipat Berkat BBM Satu Harga

ilustrasi
Peresmian BBM 1 Harga di Indonesia Timur | Dok. Pertamina

PT Pertamina (Persero) mendapatkan mandat dari Pemerintah dalam menyalurkan BBM di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) mengacu pada Permen ESDM No.36 Tahun 2016. Dalam aturan tersebut, Pertamina ditargetkan mendirikan lembaga penyalur di 150 titik selama 3 tahun dari 2017-2019.

Pada tahun 2017, ditargetkan 54 titik di daerah dengan infrastruktur darat dan laut cukup baik. Tahun 2018, sebanyak 67 titik di daerah dengan infrastruktur darat dan laut terbatas. Di mana hingga minggu pertama November 2018, Pertamina telah melakukan uji operasi BBM Satu Harga di 65 titik.

“Kami yakin, 67 lokasi BBM Satu Harga yang menjadi penugasan Pertamina tahun ini akan selesai, dan diresmikan pemerintah,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, dalam keterangannya yang dilansir laman Perseroan, Minggu (18/11/2018).

Sehingga, kata Adiatma, nanti dengan tuntasnya penugasan tahap ke-2, akan kembali dilanjutkan pada tahap ke-3 di tahun 2019, di mana terdapat 29 titik di daerah dengan infrastruktur darat dan laut cukup sulit.

Keberadaan BBM Satu Harga ini pun dirasakan manfaatnya oleh Octovianus Alexander Rajariwu (52 tahun), petani bawang dari Desa Raekore, Sabu Barat, Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur.

Dulu, kata Alex, sebelum ada program BBM Satu Harga, para petani bawang di Desa Raekore, harus berpikir dua kali untuk membajak sawah. Selain harga BBM mahal, untuk mendapatkannya penuh perjuangan dengan jarak tempuh hingga 6 kilometer.

“Harga bensin kisaran Rp 100.000 - Rp 200.000 per-liter. Kami di jatah 1,5 liter seukuran botol air mineral. Sudah mahal, susah juga didapatnya kita tempuh dulu perjalanan bisa 5 – 6 km,” kata Alex.

Tentunya bahan bakar tersebut tidak cukup untuk menggerakkan mesin traktor pembajak sawah secara maksimal. Karena agar maksimal penggunaannya, traktor harus diisi BBM penuh sekitar 3,5 liter.

“Tapi itu dulu. Karena sejak akhir Agustus lalu, BBM satu harga sudah masuk di wilayah kami. Harga Bensin sudah sama dengan di Jawa, Rp 6.450 per liter. Jadi saya bisa gunakan traktor semaksimal mungkin. Pasokannya BBM-nya juga lancar,” jelas Alex.

Alex menceritakan, perubahan hasil panen yang dialaminya saat ini. “Kalau dahulu panen bawang 500 kg paling banyak, sekarang semenjak ada BBM Satu Harga saya bisa panen hingga 3 ton paling,” ungkapnya.

Tak hanya panen yang meningkat, kemudahan mendapatkan bahan bakar melalui program BBM Satu Harga, membuat masyarakat mendapatkan harapan baru untuk menggarap sawah dan ladangnya.

“Bawang kami berlimpah, sawah kami terjaga karena tanah digarap serius sebelum ditanam. Sekarang masyarakat berani menanam tanaman apa saja karena BBM telah tersedia,” ujarnya lagi.(DD)