PT Pertamina (Persero) harus menyiapkan anggaran Rp 222 miliar untuk membangun infrastruktur di Refinery Unit VII atau dikenal dengan sebutan Kilang Kasim yang saat ini produktivitasnya mengalami penurunan.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, pasokan minyak mentah pada kilang yang terletak di Kabupaten Sorong, Papua Barat tersebut mengalami penurunan. Dari yang tadinya mencapai 10 ribu barel per hari menjadi 5 ribu barel, atau hanya setengahnya saja.
Untuk itu disebutkan, diperlukan pasokan minyak mentah dari luar Papua. Makanya, dibutuhkan investasi yang cukup besar untuk membangun infrastruktur berupa tangki penyimpanan minyak mentah, pipa dan dermaganya agar bisa menampung pasokan dari luar Papua tersebut.
"Kami terus berusaha untuk mendatangkan pasokan minyak mentah (crude) untuk memperbesar kapasitas produksi BBM di Kilang Kasim. Untuk itu diperlukan investasi sekitar Rp 222 miliar agar bisa membangunan infrastruktur seperti dermaga dan storage untuk menampung pasokan crude yang datang," ujar Dwi, dalam kunjungannya ke Kilang Kasim, Sorong, Papua, Minggu (1/5/2016).
Diakui Dwi, pengoperasian Kilang Kasim memang belum sesuai keekonomian. Di mana fasilitas kilang hanya bisa mengolah minyak mentah menjadi premium dan solar saja. Oleh sebab itu, sempat ada rencana untuk penghentian Kilang Kasim tersebut. Namun, sebagian karyawan mengusulkan dibuatnya proyek open access, agar kilang bisa menerima pasokan minyak mentah dari luar Papua.
"Jadi butuh tangki untuk menampung bahan baku, butuh fasilitas untuk unloading arm dari itu," ucap Dwi.
Direncanakan, kilang yang dibangun di atas lahan seluas 80 hektar akan bertambah menjadi 150 hektar dengan penambahan kapasitas tangki minyak mentah.
Penggunaan alat-alat baru serta pencarian pemasok minyak mentah, katanya, masih dalam proses penentuan. Menurutnya, fasilitas pengolahannya harus disesuaikan terlebih dahulu dengan jenis minyak mentah yang akan diolah.
(AR)