PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) atau WIKA Gedung, membukukan kenaikan pendapatan 61% pada kuartal III-2018 menjadi Rp3,86 triliun dari Rp2,40 triliun pada periode yang sama di tahun 2017.
WIKA Gedung pun berhasil membukukan kenaikan laba bersih 65% menjadi Rp288,74 miliar pada periode September tahun ini dari Rp175,09 miliar pada periode yang sama di tahun lalu.
Dari keterbukaan informasi yang dirilis melalui Bursa Efek Indonesia (BEI), yang dikutip Kontan.co.id, Senin (29/10/2018), total aset WIKA Gedung pada periode September 2018 tercatat naik 26% menjadi Rp5,78 triliun dari Rp4,60 triliun pada akhir 2017.
Liabilitas WIKA Gedung juga ikut naik 33% menjadi Rp3,82 triliun pada periode sembilan bulan pertama 2018 dari Rp2,88 triliun pada akhir 2017. Adapun utang usaha WIKA Gedung membengkak 121% menjadi Rp1,53 triliun dari Rp692,63 miliar pada akhir 2017. Ekuitas WIKA Gedung naik 13% menjadi Rp1,95 triliun pada September 2018 dari Rp1,72 triliun pada akhir 2017.
Corporate Secretary WIKA Gedung, Bobby Iman Setya, menjelaskan bahwa pencapaian pendapatan yang berhasil dibukukan Perusahaan pada kuartal III/2018 ini, berasal dari 92,6% sektor konstruksi dengan kontribusi Rp3,58 triliun. Sementara itu, sektor properti berkontribusi 6,6% dengan Rp255,4 miliar dan sektor pracetak 0,7% atau Rp29 miliar.
“Peningkatan net profit Perusahaan salah satunya disebabkan oleh adanya pengelolaan keuangan terutama biaya dengan baik yang ditunjukkan dengan operating expenses di kuartal III/2018 sebesar 1,5% terhadap pendapatan,” ujar Bobby, dalam keterangannya yang dilansir Bisnis.com, Senin (29/10/2018).
Di sisi lain, Bobby mengungkapkan pencapaian kontrak baru Rp6,41 triliun hingga kuartal III/2018. Realisasi tersebut setara dengan 82% dari target Rp7,82 triliun pada 2018.
Komposisi perolehan kontrak baru, hingga kuartal III/2018, lanjut Bobby, berasal dari Pemerintah 19% atau Rp1,21 triliun, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 15% atau Rp967,1 miliar, dan swasta 66% atau Rp4,23 triliun.
Adapun, dari tipe proyek yang dikerjakan berasal dari perkantoran 31% atau Rp2,01 triliun, komersial 22% atau Rp1,38 triliun, residensial 24% atau Rp1,56 triliun, fasilitas publik 23% atau Rp1,44 triliun.(DD)