Bisnis semen sepertinya tidak ada matinya. Apalagi di era Presiden Joko Widodo yang mencanangkan pertumbuhan infrastruktur, tentu permintaan terhadap semen terus meningkat. Karena itu, tidak mengherankan bila pada kuartal I tahun ini, penjualan semen nasional mencapai 14,43 juta ton, naik 4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 13,83 juta ton.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ketua Asosiasi Semen Indonesia Widodo Susanto kepada wartawan di Jakarta, hari ini (13/4), bahwa kenaikan penjualan semen tersebut akibat terjadinya kenaikan permintaan.
“Peningatan permintaan sebesar 4%. Semoga Mei dan seterusnya bisa di atas 5%,” kata Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Widodo Santoso kepada pers di Jakarta, Rabu (13/4).
Widodo menilai, faktor hujan adalah alasan utama konsumsi semen melambat pada Maret. Hujan menghambat pelak sanaan berbagai proyek konstruksi perumahan dan infrastruktur.
“Kami berharap curah hujan yang diprediksi reda pada Mei bisa memicu permintaan semen tumbuh lebih pesat menyerap produksi industri yang saat ini menumpuk di gudang. Stok semen di pabrik cukup banyak, jika pada Mei peningkatan demand belum tajam maka produsen semen akan slow down, bahkan menghentikan sebagian unitnya,” papar dia.
Sepanjang tahun ini, pertumbuhan permintaan tertinggi dirasakan pada awal tahun. Pada saat itu, konsumsi mencapai 5,21 juta ton naik 7,2% dibandingkan dengan Januari 2015 sebanyak 4,86 juta ton. Untuk pencapaian pada Maret 2016, konsumsi semen tumbuh 2,14% menjadi 4,77 juta ton dibandingkan dengan Maret 2015.
Data dari ASI menunjukkan dominasi pertumbuhan permintaan terjadi di luar Jawa. Pertumbuhan paling tinggi pada Maret terjadi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, sedangkan permintaan semen di Jawa merosot 1,5%.
Jawa masih menjadi pasar semen paling besar. Penjualan semen di Jawa mencapai 2,6 juta ton pada bulan lalu, penjualan semen di Sumatra naik 1,3% menjadi 1,04 juta ton, sedangkan penjualan semen di Sulawesi sebanyak 434.540 ton.