Masuk minggu kedua bulan September, Indonesia dibayangi dengan nilai tukar rupiah yang mengalami penurunan atas dolar Amerika Serikat (AS), dan banyak dikhawatirkan akan berimbas pada laju pertumbuhan industri dalam negeri. Namun tidak begitu dengan beberapa perusahaan milik negara yang masih terus melaju di tengah kondisi tersebut.
Contohnya, salah satu perusahaan milik negara di bidang pelabuhan yang masih bisa menunjukkan capaian positif di tengah pelemahan nilai rupiah. Selain itu, beberapa perusahaan milik negara di berbagai sektor industri pun tetap memperlihatkan hasil kinerja positifnya. Sementara salah satu perusahaan kenbandarudaraan milik negara, menunjukkan performanya di tingkat internasional, dengan menyabet banyak prestasi.
PT Angkasa Pura I (Persero): AP I Sabet Lima Penghargaan Prestisius Tingkat Dunia
AP I berhasil meraih lima penghargaan prestisius tingkat dunia “Airport Service Quality (ASQ) Awards 2017” untuk tiga bandara yang dikelolanya. Penghargaan tersebut diberikan oleh Airports Council International (ACI) di Halifax, Nova Scotia, Kanada, pada Rabu, 12 September 2018.
Ketiga bandara AP I yang meraih penghargaan ASQ Awards 2017 adalah, Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali yang berhasil meraih tiga penghargaan sekaligus, yakni “The 1st World Best Airport by Size 15-25 million”, “The 2nd Asia - Pacific Best Airport over 2 million passengers per year”, dan “Best Airport by Size and Region in Asia-Pacific 15-25 million passengers per year”.
Sementara Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan, berhasil meraih penghargaan “The 2nd World Best Airport by Size 5-15 million”. Sedangkan Bandara Juanda Surabaya, berhasil meraih “The 3rd World Best Airport by Size 15-25 million”.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero): Rupiah Melemah, Pelindo III Masih Bisa Bukukan Laba Sebesar Rp1,97 triliun
Pelindo III tercatat masih bisa membukukan laba sebesar Rp1,97 triliun di tengah kondisi tekanan nilai tukar rupiah yang mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat serta harga minyak dunia yang tinggi, hingga per Agustus ini.
Bongkar muat general cargo tercatat peningkatan hingga mencapai 28 persen di mana per Agustus tahun ini sudah mencapai 2 juta meter kubik, sementara tahun lalu di angka 1,5 juta meter kubik. Dari sisi tonase meningkat dari 29 juta ton ke 32 juta ton. Sementara itu, arus peti kemas meningkat 7 persen dari tahun 2017 dengan jumlah 3,4 juta TEUs karena adanya peningkatan arus peti kemas domestik di Terminal Berlian dan Terminal Teluk Lamong.
Peningkatan kinerja operasional tersebut meningkatkan kinerja keuangan Perseroan. Walaupun kondisi tekanan nilai tukar rupiah yang mengalami penurunan terhadap dolar Amerika Serikat serta harga minyak dunia yang tinggi, hingga per Agustus ini Pelindo III masih berhasil membukukan laba bersih setelah pajak (net profit after tax) sebesar Rp1,97 triliun. Bahkan, angka tersebut meningkat 39 persen dari jangka waktu yang sama tahun lalu (year on year) yang sebesar Rp1,41 triliun.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk: BTN Bukukan Pertumbuhan DPK Ritel Menjadi Sebesar Rp52,26 Triliun
Bank BTN (BBTN) mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) segmen ritel menjadi Rp52,26 triliun per Agustus 2018, atau tumbuh sebesar 12,55% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
BTN tercatat terus mendulang DPK untuk meningkatkan likuiditas Perseroan, terutama dari segmen DPK ritel yaitu tabungan dan deposito baik perorangan maupun lembaga. Salah satu produk tabungan yang sedang di kejar pertumbuhannya adalah e’Batarapos, hasil kolaborasi Bank BTN dengan PT Pos Indonesia (Persero) yang diluncurkan tahun 2005 lalu.
Menuju triwulan akhir tahun 2018, per Agustus ini pertumbuhan DPK ritel yang terdiri dari tabungan dan deposito baik perorangan maupun lembaga, di dorong dari pertumbuhan tabungan. Per Agustus 2018, tabungan tercatat tumbuh sebesar Rp37,4 triliun, yaitu 10,93% dibandingkan Agustus tahun sebelumnya yang mencapai Rp33,72 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk: Hingga Juli, BNI Catat Raihan Dana Kelolaan Bisnis Wealth Management Sebesar Rp117 Triliun
Bank BNI (BBNI) mencatat dana kelolaan bisnis wealth management Perseroan hingga Juli 2018 sebesar Rp117 triliun. Adapun sampai akhir tahun ini, BNI menargetkan dana kelolaan naik 14% sebesar Rp130 triliun.
Sementara dengan tren kenaikan bunga dan tren saham yang fluktuatif, BNI memberikan saran ke nasabah untuk masuk ke instrumen tenor jangka pendek dan menengah. BNI menilai, perilaku nasabah dengan pasar yang fluktuatif ini cenderung berubah ke instrumen dengan return yang tinggi.
Sementara itu, BNI baru saja menggandeng aplikasi penyedia jasa logistik Triplogic. Lewat kerjasama ini, BNI menyediakan layanan sistem pembayaran alias payment gateway pada seluruh transaksi di aplikasi Triplogic, yang salah satunya guna memberikan kemudahkan transaksi bagi nasabah wealth management BNI.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk: Naik 191,8%, PGN Berhasil Tingkatkan Laba Bersih Menjadi US$145,94 Juta
PGN (PGAS) berhasil menorehkan kinerja yang positif sepanjang semester I/2018 dengan membukukan pendapatan sebesar US$1,62 miliar. Laba bersih Perseroan pun tercatat naik, dengan raihan sebesar US$145,94 juta atau lebih dari Rp2 triliun (kurs rata-rata 6 bulan di tahun 2018 sebesar Rp 13.765 per dolar).
Realisasi kinerja PGN semester perama tahun ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada semester I/2017, PGN memperoleh pendapatan sebesar US$1,41 miliar dengan laba bersih US$50 juta atau Rp670,3 miliar. Artinya selama Januari-Juni 2018, Perseroan berhasil meningkatkan laba bersih sebesar 191,8%.
Sumbangan terbesar bagi pendapatan dan laba bersih PGN selama setengah tahun ini, berasal dari pendapatan distribusi gas bumi sebesar US$1,27 miliar dan penjualan minyak dan gas (migas) US$308 juta. Pendapatan dari kegiatan usaha utama bisnis PGN tersebut meningkat dibandingkan realisasi semester I/2017 sebesar US$1,16 miliar dari distribusi gas bumi dan sebesar US$212 juta dari penjualan migas.
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk: Hingga Juli, PTPP Berhasil Realisasikan Kontrak Baru Sebesar 55% dari Target 2018
PTPP berhasil merealisasikan perolehan kontrak baru 55% dari total target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp49 triliun di tahun 2018. Hingga Juli, Perseroan berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp27,19 triliun atau tumbuh sebesar 24% year on year (yoy) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp21,86 triliun.
Pencapaian kontrak baru tersebut terdiri dari kontrak baru induk sebesar Rp22 triliun dan anak perusahaan sebesar Rp5,19 triliun. Perolehan kontrak baru dari BUMN mendominasi perolehan kontrak baru PTPP dengan kontribusi sebesar Rp13,01 triliun atau 48%, disusul oleh swasta sebesar Rp10,01 triliun atau 37% dan APBN sebesar Rp4,17 triliun atau 15% dari total perolehan kontrak baru.
Sedangkan, perolehan kontrak baru berdasarkan jenis atau tipe pekerjaan, yaitu gedung sebesar 40%, bandara sebesar 22%, jalan dan jembatan sebesar 14% dan power plant sebesar 9% yang merupakan 4 kontributor utama dari portofolio kontrak baru sampai dengan April 2018 dengan total kontribusi sebesar 90,88%. Sisanya dikontribusi oleh industri sebesar 7,62%, kereta api sebesar 0,79% dan power plant sebesar 0,72%.
PT Waskita Beton Precast Tbk: Per Agustus, Waskita Beton Precast Kantongi Kontrak Baru Senilai Rp4,08 Triliun
Waskita Beton Precast (WSBP) mencatatkan pencapaian kinerja nilai kontrak baru per Agustus 2018 yang mencapai Rp4,08 triliun, meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp3,93 triliun.
Nilai kontrak yang dikelola per Juli 2018 sebesar Rp14,76 triliun. Ini termasuk dengan sisa nilai kontrak pada tahun 2017 lalu sebesar Rp10,68 triliun. Hingga akhir tahun yang akan datang, perusahaan ini mengincar beberapa proyek di beberapa wilayah seperti di area Tebing Tinggi, Pematang Siantar, addendum tol Legundi, Jembatan Penajam, Japek, Probolinggo-Banyuwangi.
Sementara itu, total nilai kontrak yang dikelola Perseroan hingga delapan bulan pertama 2018 mencapai Rp14,76 triliun yang sudah termasuk dengan sisa nilai kontrak tahun 2017 senilai Rp10,68 triliun.
PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero): Hingga Juli, Askrindo Catat Pengumpulan Premi Capai Rp2,17 Triliun
Askrindo mencatat pengumpulan premi sampai Juli 2018, telah mencapai Rp2,17 triliun atau naik 22,4% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, premi yang didapat dari produk asuransi kredit sebesar Rp582,04 miliar dan premi dari produk kredit usaha rakyat (KUR) sebesar Rp980,05 miliar.
Dengan kinerja yang cukup bagus tersebut, Askrindo optimistis dapat mencapai target premi Rp5,3 triliun sampai akhir tahun nanti. Perseroan pun optimistis kinerja di semester kedua bakal lebih baik lagi dibanding semester I/2018.
Beberapa katalis yang akan mengerek bisnis diantaranya proyek-proyek Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan digenjot di sisa tahun ini. Selain itu, kerjasama dengan himpunan bank milik negara (Himbara) juga menjadi potensi bisnis yang dapat meraup premi lebih besar lagi.
PT Pegadaian (Persero): Tumbuh 8,95%, Pegadaian Catat Peningkatan Penyaluran Pembiayaan Menjadi Rp39,2 Triliun
Pegadaian mencatatkan pertumbuhan penyaluran pembiayaan outstanding loan sebesar 8,95% secara year-on-year (yoy) hingga Juli 2018. Pertumbuhan tersebut seiring naiknya laba bersih Perseroan yang tumbuh dua digit pada periode yang sama tahun ini.
Sampai Juli 2018, Perseroan menyalurkan pembiayaan atau outstanding loan senilai total Rp39,2 triliun, meningkat 8,95% dari capaian periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp35,97 triliun.
Pada dasarnya, pertumbuhan ini seiring dengan naiknya laba bersih Perseroan pada periode tersebut. Di mana hingga Juli 2018, Pegadaian berhasil mencatatkan laba senilai Rp1,6 triliun atau tumbuh 15,17% secara yoy.
Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia: Naik 40%, Jamkrindo Bukukan Nilai Penjaminan Kredit Sebesar Rp98 Triliun
Jamkrindo masih yakin bisa mencapai target yang telah ditentukan sampai akhir tahun nanti. Sampai Agustus 2018, nilai penjaminan kredit yang telah dibukukan Jamkrindo tercatat telah mencapai Rp98 triliun.
Nominal tersebut meningkat sekitar 40% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai sekitar Rp70 triliun. Adapun porsi penjaminan kredit non program saat ini, mencapai 60%. Sedangkan sisanya merupakan penjaminan kredit program sekitar 40%.
Sampai akhir tahun nanti, perusahaan pelat merah ini mematok target pertumbuhan penjaminan sebesar 22% dari realisasi tahun 2017 senilai Rp135 triliun.(DD)