PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF) berhasil mencetak laba sebesar Rp225,28 miliar hingga kuartal III/2018 atau naik 17,35% dari periode yang sama tahun lalu yaitu Rp191,96 miliar.
Dalam keterangan yang dilansir dari Liputan6.com, Minggu (4/11/2018), disebutkan bahwa kenaikan laba tersebut ditopang dengan meningkatnya pendapatan Perseroan sebesar 23,37% menjadi Rp5,3 triliun hingga September 2018.
Pendapatan tersebut didominasi oleh penjualan di pasar domestik sebesar Rp5,1 triliun. Kemudian sekitar Rp205,84 miliar atau setara dengan 3,87% dikontribusikan oleh penjualan luar negeri.
Selain itu, beban pokok penjualan Perseroan tercatat naik 20,61% dari Rp2,78 triliun pada kuartal III/2017, menjadi Rp3,36 triliun sepanjang kuartal III/2018. Sementara itu, laba kotor Perseroan tumbuh 28,45% menjadi Rp1,94 triliun ketimbang Rp1,51 triliun pada Januari-September 2017.
Direktur Keuangan KAEF Suharta sebelumnya mengungkapkan, Perseroan tengah mengembangkan Aplikasi Seven Solutions untuk mengintegrasikan apotek, laboratorium, klinik, rumah sakit, dan BPJS di seluruh Indonesia sehingga konsumen sebagai user secara otomatis menjadi member di dalam aplikasi.
Suharta menjelaskan, dengan data health record, data pasien akan terekam dalam database yang berisi riwayat kesehatan, konsumsi obat dan lainnya yang bisa diakses dengan mudah untuk kebutuhan pemeriksaan kesehatan pasien.
“Aplikasi ini akan memberikan customer experience kepada konsumen dengan fitur smart stock, omni channel, customer loyalty, big data, integrasi klinik, program rujuk balik, dan homecare,” paparnya.
Sementara itu, seperti dikutip dari Okezone.com, Minggu (4/11/2018), Direktur Utama Kimia Farma, Honesti Basyir, pernah bilang bahwa pihaknya tetap mewaspadai gejolak nilai tukar rupiah. Akan tetapi, pihaknya mengklaim dampak yang dirasakan bagi Perseroan tidak signifikan.
“Kami terus berusaha menjaga pertumbuhan dua digit sambil waspada dan melakukan efisiensi mulai dari proses bisnis, proses produksi, hingga rantai pasok,” jelasnya.(DD)