PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berhasil mencatatkan kinerja positif pada salah satu lini bisnisnya, yakni bisnis kartu kredit yang mengalami pertumbuhan sebesar 10% hingga Agustus kemarin.
Hal tersebut sebagaimana diutarakan oleh SVP Credit Card Bank Mandiri, Vira Widiyasari, dalam keterangannya yang dilansir Kontan.co.id, Jumat (28/9/2018), yang mengatakan bahwa pertumbuhan transaksi tersebut melewati pertumbuhan industri.
“Pertumbuhan bisnis kartu kredit pada periode Januari - Agustus sekitar 8% hingga 10%. Volume-nya saya tidak ingat angka pasti tapi yang pasti growth year on year hampir 10%. Kalau saya lihat market yang rata-rata pertumbuhannya di bawah 5%,” ujar Vira.
Kinerja kartu kredit ini, lanjut Vira, masih didominasi oleh nasabah dari kota besar dengan sektor konsumsi untuk belanja ritel, travel, e-commerce, di mana transaksi pariwisata atau travel tumbuh sekitar 20% year on year.
Sementara itu, Direktur Retail Banking Bank Mandiri, Donsuwan Simatupang, menyatakan bahwa rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) kartu kredit Bank Mandiri hingga Agustus hanya 2%.
Hingga akhir tahun, Bank Mandiri menargetkan dapat mempertahankan pertumbuhan volume transaksi kartu kredit hingga 10%. Guna mencapai target tersebut, Mandiri menyediakan pendaftaran kartu kredit secara online. Namun, proses screening dan credit scoring tetap berjalan sesuai prosedur normal.
Selain itu, Bank Mandiri juga memberikan fasilitas pembayaran pada Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2018 Phase II. Kegiatan ini dilaksanakan di 31 kota besar dengan target total penjualan Rp448 miliar.
Donsuwan mengatakan, volume transaksi pada event kali ini diharapkan bisa lebih tinggi dibandingkan event sebelumnya. Untuk itu, pihaknya menyediakan berbagai promo dan layanan instant apply kartu kredit secara online.
“Kalau soal target, rangkaian acara ini kami targetkan transaksi lebih dari Rp300 miliar. Kami juga berikan berbagai kemudahan bagi nasabah kami,” kata Donsuwan, seperti dikutip BeritaSatu.com, Jumat (28/9/2018).
Donsuwan mengatakan, pihaknya optimistis target transaksi tersebut bisa dicapai. Pasalnya, meskipun terjadi pelemahan nilai tukar rupiah, namun sektor pariwisata dinilai tetap tumbuh tinggi, terlebih lagi generasi milenial lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk traveling.
“Pertumbuhan ekonomi kita itu di dorong salah satunya oleh travel. Jadi, kalau kami beri banyak benefit maka sebenarnya kita bukan terlalu optimistis, itu target sangat mungkin di capai,” papar Donsuwan.(DD)