Tahun ini, pertumbuhan ekonomi RI diperkirakan masih sekitar 5% lebih dan terbilang dalam batas yang relatif baik. Pemerintah dinilai masih dapat menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi perekonomian global yang masih mengalami perang dagang antar negara maju.
Esensi Berita:
- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2018 sebesar 5,17%. Staf Ahli Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Bambang Priambodo, mengatakan, pertumbuhan ekonomi di atas lima persen masih dalam kondisi baik. Dirinya pun memperkirakan hingga akhir 2018 pertumbuhan ekonomi keseluruhan berada di kisaran 5,2%.
- Ini kuartal III/2018 kumulatifnya 5,17%. Kami berharapnya lebih baik. Saya kira keseluruhan tahun 5,2%,” katanya, seperti dilansir Liputan6.com, Selasa (13/11/2018).
- Meski ada penurunan pada kuartal III/2018, namun pertumbuhan ekonomi di angka 5,17% dinilai aman. Sebab di tengah di tengah kondisi perekonomian global, pemerintah masih dapat menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran lima persen.
- Kondisi perekonomian global pun dinilai Bambang masih akan berlanjut hingga awal 2020 mendatang. Oleh karenanya, Pemerintah dikatakannya perlu mengantisipasi tekanan-tekanan dari luar yang mengakibatkan atau berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Info Terkait:
- Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi stagnan diangka sekitar 5%. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan, pertumbuhan ekonomi akan semakin memburuk jika Pemerintah tidak melakukan apa-apa.
- “Jika kita ingin menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi dalam dua dekade mendatang kita perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga mendekati 6%. Oleh karena itu kita perlu mengisi kesenjangan 5% hingga 6% dengan reformasi kebijakan,” kata Bambang, seperti dikutip Wartaekonomi.co.id, Selasa (13/11/2018).
- Sementara Bambang Prijambodo, berdasarkan diagnosa Bappenas, stagnasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia disebabkan oleh masalah produktivitas. “Produktivitas Indonesia relatif rendah dan setelah krisis Asia, produktivitas Indonesia tidak tumbuh secepat negara lainnya,” ungkap Bambang, seperti dilansir Bisnis.com, Selasa (13/11/2018).
- Ketika digali lebih dalam, dia menuturkan Bappenas menemukan pemicu utamanya adalah masalah transformasi struktural. Lebih dari 30% pekerja Indonesia masih terfokus di sektor agri. Di samping itu, Bambang memaparkan Indonesia mengalami fase industrialisasi yang prematur. Walaupun pangsa manufaktur termasuk tinggi, pangsanya tidak lebih tinggi dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia.(DD)