Langkah Pemerintah dalam mendorong PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum untuk mengambil alih 51% saham PT Freeport Indonesia (PTFI), terbilang cukup tepat. Pasalnya, Freeport yang memiliki ladang emas di Papua ini, diprediksi masih memiliki potensi besar untuk terus dimanfaatkan hasilnya, bahkan pada tahun 2023 nanti, Freeport diprediksi akan menghasilkan pendapatan yang cukup besar.
Esensi Berita:
- Pendapatan PTFI pada tahun 2023 diprediksi akan mencapai angka tertinggi pada tahun 2023 yakni US$7,463 miliar. Head of Corporate Communication and Government Relations Inalum, Rendi Witular, seperti dilansir dari AntaraNews.com, Kamis (22/11/2018), mengatakan bahwa pendapatan Freeport tahun 2023 tersebut melampaui pendapatan pada tahun 2021 yang diperkirakan mencapai US$5,121 miliar.
- Sebelumnya, perusahaan induk BUMN pertambangan Inalum menyatakan sudah mendapatkan dana pembelian 51% saham milik asing di Freeport Indonesia sebesar empat miliar dolar AS atau setara Rp58,4 triliun (kurs Rp14.600) dari hasil penerbitan obligasi global. “Dana obligasi global sudah diperoleh. Dengan begitu kami sudah siap melakukan transaksi dengan Freeport,” kata Rendi.
- Lebih lanjut, seperti dikutip dari Industry.co.id, Kamis (22/11/2018), Rendi menjelaskan dana hasil obligasi tersebut akan digunakan untuk membiayai transaksi pembelian saham mayoritas Freeport dan sisanya untuk refinancing.
- Hingga kini, langkah selanjutnya adalah menunggu selesainya dokumen di kementerian terkait lainnya, meliputi IUPK di Kementerian ESDM dan terkait perpajakan dan jaminan investasi di Kementerian Keuangan.
Info Terkait:
- Inalum menyatakan, jalur emas dunia paling kaya ada di Papua. Peran Indonesia mengambil alih 51% saham PTFI pun menjadi krusial karena terkait sumber daya alam (SDA) negara. Padahal sebelumnya banyak pihak takut untuk melakukan eksplorasi.
- Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa proses akuisisi Freeport tersebut menjadi pintu pembuka jalur emas di Papua milik Indonesia. “Dibuka hampir milik kita, Papua jalur emas paling kaya di dunia. Banyak cuma tidak pernah dieksplorasi, dibikin takut dengan Papua Merdeka, tembak-tembakan dibikin seram,” ujarnya, seperti dilansir Sindonews.com, Kamis (22/11/2018).
- Menurut Budi, cuma beberapa perusahaan saja yang bisa melakukan eksplorasi SDA di Papua. Salah satunya Freeport dengan segala kekuatannya. “Hanya segelintir elit yang bisa masuk karena emasnya masih banyak disana,” katanya.
- Lebih lanjut, Budi blak-blakan mengaku, bahwa cadangan Freeport di Papua masih banyak sekali, yang tercatat hingga sampai 2041. “Jalan dibangun ke bawah dengan lorong bawah tanah, EBITDA US$4 miliar, profit US$2 miliar atau Rp30 triliun setelah pajak. Terkait perkembangan Freeport, niatnya mesti baik dan dijalankan dengan itikad kuat karena urusannya banyak dan bermasalah,” pungkasnya.(DD)