Citilink Indonesia Bidik Peningkatan Pendapatan 23%

ilustrasi
Maskapai penerbangan Citilink Indonesia | Dok. Citilink Indonesia

PT Citilink Indonesia optimis mampu meraup total pendapatan hingga 23% pada 2019, pasca dikeluarkannya kebijakan bagasi berbayar yang akan diterapkan Citilink Indonesia mulai 8 Februari 2019 mendatang.

“Mungkin ini bisa merupakan tambahan baru pendapatan kita sehingga bisa survive. Ini merupakan salah satu revenue kita yang baru sehingga bisa survive, itu yang kita harapkan,” ungkap Direktur Niaga Citilink Indonesia, Benny Rustanto, dalam keterangannya yang dilansir dari Merdeka.com, Kamis (31/1/2019).

Dia menjelaskan, pihak maskapai berharap jumlah pendapatan dari penjualan tiket kepada penumpang bisa naik 25%. Terkait jumlah penumpang, pihaknya pun memasang target naik dari 15 juta orang pada 2018 menjadi 17 juta orang tahun ini.

“Kita akan perbanyak buka rute penerbangan regional dibandingkan kita main domestik. Seperti ke Singapura, Vietnam, korea, Australia. Artinya kita sudah cukup naik di domestik. kita lebarkan sayap kita di regional. Tahun lalu sudah ada Surabaya-Penang. Yang akan datang akan ada rute ke Singapura, Vietnam, Kamboja, dan negara lainnya,” tambah Benny.

Dengan begitu, lanjut Benny, Citilink Indonesia membidik untuk bisa meraih pendapatan lebih besar dibanding 2018. “Pendapatan keseluruhan secara korporasi target 2019 naik 23%,” imbuhnya.

Citilink Indonesia pun terus berupaya meningkatkan pendapatan nontiket di tahun ini dengan memaksimalkan angkutan kargo dan bisnis pendukung (ancillary business).

Benny mengatakan, selain kargo, pihaknya mengincar sumber pendapatan pendukung lainnya, yaitu iklan, makanan, minuman, wifi, dan sebagainya. “Kami tak hanya andalkan ‘revenue stream’ dari penumpang, contohnya merchandise, wifi, kami bisa jualan iklan di mana kami bisa meningkatkan pendapatan dari maskapai, sehingga target 2019 tercapai,” katanya, seperti dikutip dari Republika.co.id, Kamis (31/1/2019).

Dia menargetkan pendapatan kargo bisa meningkat enam persen dan bisnis pendukung lima persen. “Mengenai ‘ancillary business’, ditargetkan sebesar 11%, 5% dan 6% kargo,” tandasnya.(DD)