Bukit Asam Siap Bangun Pembangkit 5.000 MW

bukit asam
Ilustrasi tambang batubara Bukit Asam |

Sejak bertransformasi dari perusahaan tambang menjadi perusahaan pembangkit listrik, PT Bukit Asam mulai membangun sejumlah pembangkit listrik di mulut tambang. Bahkan perseroan ini menyatakan kemampuannya menyediakan kapasitas listrik hingga 5.000 mega watt (MW) atau kapasitas tersebut sekitar 15% dari total proyek 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah.

Menurut Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin, membangun pembangkit listrik 5.000 MW bukan hal yang tidak mungkin dilakukannya. Pasalnya, pihaknya sudah mempunyai business plan dan menganalisanya. "Dari sisi cadangan batu bara, lokasi, pembebasan lahan sangat memungkinkan bagi kami untuk mencapai kapasitas listrik sebesar 5.000 MW," ujarnya, di Jakarta, Selasa (24/5/2016).

Bahkan diakuinya, saat ini Bukit Asam sedang mengarah ke sana. "Kami mempunyai pembangkit 2x100 MW di Banjarsari yang sudah dijual ke PLN. Bahkan kami mempunyai Power Purchase Agreement (PPA) untuk kemudian membangun PLTU Sumsel 8 dengan kapasitas 2x620 MW," imbuhnya.

Namun demikian, pembangunan PLTU Sumsel 8 belum bisa dilakukannya, meski saat ini sudah groundbreaking dan kebutuhan lahan untuk PLTU seluas 103 hektar sudah dilakukan 100% melalui anak usahanya, PT Huadian Bukit Asam Power.

"Kami belum bisa membangunnya, masih menunggu komitmen PLN untuk membangun transmisi HVDC (high voltage direct current)," katanya.  

Namun, lanjutnya, dikabarkan  PLN menunda pembangunan empat proyek infrastruktur mengenai PLTU Sumsel 8, 9, 10, dan HVDC. Dirinya berharap, proyek PLTU tetap berjalan sehingga turut mendukung percepatan infrastruktur prioritas.

"Sayang sekali kalau ditunda, padahal Bukit Asam punya potensi cadangan batu bara hingga delapan miliar ton yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pembangkit listrik. Pembangunan PLTU Sumsel 8 yang dibangun di mulut tambang juga memiliki beban biaya lebih murah dibandingkan membangun PLTU di luar mulut tambang karena bisa terkendala dengan transportasi," jelasnya.

Lebih lanjut Arviyan menanggapi, jika pembangkit listrik dibangun diluar mulut tambang dapat mempengaruhi kualitas batubara dan memakan waktu serta biaya yang lebih tinggi. Namun, kalau diprosesnya di mulut tambang, dan energinya langsung dialirkan ke transmisi listriknya maka tidak mengurangi kualitas batubara.

"Jadi, dengan membangun transmisi di mulut tambang akan lebih efisien," tandas Arviyan.

Dia pun memastikan proyeknya sudah masuk tahap konstruksi. Mulai dari pembebasan lahan hingga desain engineering dan pendanaannya sudah disiapkannya. "Jadi kita siap untuk melakukan konstruksi," tutupnya.


(AR)