Untuk meningkatkan kinerja keuangan perseroan, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) berminat melakukan penawaran umum terbatas III atau rights issue dengan melepas sebanyak-banyaknya 36,84 miliar saham dengan nilai nominal Rp 50. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin (17/4), sebagaimana dikutip Harian Eknonomi Neraca, hari ini (18/4).
Selain untuk membayar utang, nantinya dana hasil rights issue juga akan digunakan untuk keperluan usaha perseroan. Perseroan bermaksud untuk meningkatkan modal dasar dari semula Rp 1,07 triliun terbagi atas 21,54 miliar saham menjadi Rp 5,5 triliun terbagi atas 110 miliar saham. Perseroan akan melakukan rights issue itu sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Berdasarkan laporan keuangan 2015,perseroan memperoleh pinjaman jangka panjang tanpa agunan dari Rothman Far East B.V untuk modal kerja sebesar Rp 5,3 triliun. Grup telah mencairkan seluruh fasilitas itu pada 2014. Fasilitas tanpa agunan ini karena tingkat bunga mengambang enam bulan JIBOR plus 2,7 persen per tahun. Fasilitas dan pinjaman ini berlaku hingga 29 Agustus 2016, dan telah diperpanjang hingga 30 Juni 2018. Hal itu berdasarkan perjanjian perubahan pada 24 Februari 2015.
Pada Februari 2015, grup telah menandatangani fasilitas pinjaman subordinasi jangka panjang dari Rothmans Far East sebesar Rp 6,7 triliun. Fasilitas ini untuk mengurangi sebagian jumlah pinjaman jangka pendek dan modal kerja. Fasilitas pinjaman tanpa agunan ini karena tingkat bunga mengambang enam bulan JIBOR plus 3,75% per tahun. Pinjaman ini akan jatuh tempo pada 30 Juni 2018. Fasilitas pinjaman tersebut sudah dicairkan pada 31 Desember 2015.
Hingga 2015, perseroan membukukan pendapatan naik 16,04 persen menjadi Rp 16,81 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 14,48 triliun. Perseroan juga mampu mengurangi rugi yang diatribusikan ke pemilik entitas induk menjadi Rp 1,63 triliun pada 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,25 triliun.
Pemegang saham perseroan hingga Juli 2015 antara lain British American Tobacco sebesar 85,55%, UBS AG London sebesar 13,41%, dan publik kurang dari lima persen sebesar 1,04%. Pada perdagangan saham Kamis 14 April 2016, saham PT Bentoel International Investama Tbk di level Rp 450 per saham. Asal tahu saja, perseroan merupakan produsen rokok yang sangat vokal menolak kenaikan cukai rokok 23% dalam RAPBN 2016. Pasalnya, kondisi ini akan berdampak pada tingkat penjualan maupun produksi rokok yang akan turun.
Winny Soendaroe, Corporate Affairs Manager PT Bentoel Internasional Investama Tbk pernahbilang, penetapan cukai rokok sebaiknya melihat secara holistik keadaan ekonomi saat ini. Menurut dia, terjadi pelemahan daya beli dan kondisi ekonomi di Indonesia kurang baik. Secara prinsip, jika cukai rokok terus naik, PT Bentoel Internasional Investama Tbk akan menaikkan harga untuk menutupi kenaikan akibat cukai dan biaya produksi. Ujungnya, ini akan kembali membebankan konsumen.