PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan para entitas anak melaporkan kinerja keuangan konsolidasi untuk periode sembilan bulan pertama 2018, yang ditandai dengan pertumbuhan neraca yang sehat.
BCA menutup periode sembilan bulan pertama 2018 dengan pertumbuhan laba bersih 9,9% year on year (YoY) menjadi Rp18,5 triliun dari Rp16,8 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, meningkat 10,1% menjadi Rp45,9 triliun dibandingkan Rp41,7 triliun pada sembilan bulan pertama 2017.
“BCA secara konsisten menerapkan praktik kehati-hatian dan mencermati kondisi perekonomian guna menjaga keberlangsungan kinerja bisnisnya. Kami optimis terhadap dinamika perkembangan ekonomi Indonesia yang akan terus berlanjut meskipun saat ini sedang dihadapkan pada perubahan kondisi global. Kami meyakini bahwa kestabilan perbankan nasional akan tetap terjaga serta memiliki prospek positif dalam jangka panjang. Fundamental bisnis BCA yang solid dan kapabilitas dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan bisnis akan mendukung posisi BCA untuk terus bertumbuh,” tutur Wakil Presiden Direktur BCA, Eugene K Galbraith, dalam keterangannya yang dilansir laman Perseroan, Jumat (26/10/2018).
Adapun portofolio kredit naik sebesar 17,3% YoY menjadi Rp516 triliun serta dana giro & tabungan (CASA) tumbuh 11,4% YoY menjadi Rp477 triliun.
“BCA membukukan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kami melihat adanya peluang-peluang usaha serta peningkatan permintaan kredit usaha dari para nasabah. BCA juga mencatat pertumbuhan CASA yang solid, didukung oleh kepercayaan para nasabah terhadap layanan perbankan transaksi yang ditawarkan oleh BCA,” kata Eugene
Eugene menjelaskan, pada akhir September 2018, portofolio kredit BCA mencapai Rp516 triliun, tumbuh 17,3% YoY. BCA mencatat pertumbuhan kredit usaha yang lebih tinggi, baik pada kredit investasi maupun modal kerja.
“Kredit investasi terlihat mulai meningkat pada periode sembilan bulan pertama 2018. Kredit korporasi meningkat 23,3% YoY menjadi Rp199,2 triliun, terutama berasal dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, serta minyak nabati dan hewani. Sementara itu, kredit komersial dan UKM tumbuh 17,6% YoY menjadi Rp176,4 triliun dan kredit konsumer meningkat 9,0% YoY menjadi Rp139,9 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah naik 9,4% YoY menjadi Rp86,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 7,7% YoY menjadi Rp41,5 triliun. Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit tumbuh 10,9% YoY menjadi Rp12,1 triliun,” papar Eugene.
BCA mencatat pertumbuhan kredit yang sehat dengan rasio kredit bermasalah (NPL) pada level 1,4% pada akhir September 2018, berada dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat sebesar 187,0%.
BCA mempertahankan posisi likuiditas dan permodalan yang kokoh dengan rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) sebesar 80,9% dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,2%. Penyempurnaan dari LFR, Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) yang baru diterapkan tercatat pada level 81.8%.
“BCA terus memperkuat bisnis inti dalam perbankan transaksi untuk mendukung pertumbuhan CASA yang solid. CASA meningkat 11,4% YoY menjadi Rp476,8 triliun dan tetap merupakan porsi utama dari dana pihak ketiga yaitu sebesar 77,7% pada akhir September 2018,” ujar Eugene.
Dalam komposisi CASA, lanjut Eugene, dana giro tumbuh 12,7% YoY menjadi Rp163,1 triliun, sementara dana tabungan meningkat 10,8% YoY mencapai Rp313,7 triliun. Adapun dana deposito tercatat sebesar Rp137,1 triliun atau turun 6,4% YoY.
“Meskipun mengalami penurunan secara YoY, dana deposito kembali mengalami peningkatan sejak Maret 2018, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga deposito. Pada akhir September 2018, keseluruhan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 6,9% YoY, menjadi Rp613,9 triliun,” tandas Eugene.(DD)