Sebagai salah satu bank ternama di Indonesia, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tampaknya tidak hanya ingin ‘jago kandang’. Ya, bank ini siap memperluas jaringan bisnisnya di Asia Tenggara.
Singapura dan Malaysia adalah dua negara yang menjadi fokus Bank Mandiri untuk saat ini sebagai debutnya dalam menginvasi sektor perbankan di Asia Tenggara. Hal ini seperti dikemukakan Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri yang menyebutkan bhwa perseroan sudah menetapkan rencana bisnis di kedua negara tersebut.
“Untuk Malaysia kami masih fokus ke remittance, untuk melayani TKI di sana. Kalau yang di Singapura kami arahnya ke yang wealth management dan corporate banking,” ujarnya dalam sebuah event yang digelar di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Untuk targetnya, Kartika optimis pembukaan kantor cabang di Malaysia akan terealisasi pada awal tahun ini. Hal ini dikarenakan proses head of agreement antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan Bank Negara Malaysia akan segera rampung.
Sementara itu, untuk di Singapura, pihaknya masih membutuhkan waktu yang lebih lama karena masih ada banyak kendala-kendala yang perlu diselesaikan. Dalam hal ini, Kartika sendiri belum mengetahui progress dari rencana tersebut sampai sejauh mana.
Selain Singapura dan Malaysia, menurut Kartika, Bank Mandiri juga akan mulai melakukan penjajakan dengan dua negara Asia Tenggara lainnya, yakni Vietnam dan Myanmar. Hanya saja, untuk model bisnisnya masih digodok untuk menyesuaikan kondisi di kedua negara tersebut, terutama dari sisi profit.
Dengan adanya rencana tersebut, sudah dipastikan invasi Bank Mandiri di sektor perbankan dan keuangan internasional semakin tinggi. Apalagi sebelumnya, perseroan ini telah memiliki tujuh jaringan kantor di luar negeri seperti Cayman Island, China, Hong Kong, Singapura, Timor Leste, London, dan Malaysia. Dari negara-negara tersebut, China, Hong Kong, Timor Leste, dan Singapura berstatus sebagai kantor cabang. Namun untuk Singapura, perseroan masih fokus pada bisnis trade finance.
“Kalau kami mau ekspansi bisnis ke negara lain, tentunya haris dipastikan ada core competence yang bisa dijual. Harus lebih superior dari core compentence bank yang ada di sana,” tandas Kartika.