Bank Mandiri Bersiap Terbitkan Obligasi Rp 5 Triliun di Tahun ini

Bank Mandiri
Ilustrasi Gedung Plaza Mandiri Jakarta |

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana akan menerbitkan surat hutang atau obligasi senilai Rp 14 triliun untuk memperkuat modal perseroan hingga 2018 nanti. Penerbitan obligasi itu sendiri akan dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kondisi pasar.

Namun demikian, disampaikan Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo, di tahun ini dipastikan perseroan akan menerbitkan obligasi sebesar Rp 5 triliun guna menjaga likuiditas agar tetap sehat untuk dapat mengembangkan bisnis perusahaan.

"Tahun ini ditargetkan Rp 5 triliun. Namun tiga tahun ke depan mencapai Rp 14 triliun yang akan dibagi dalam beberapa tahap dengan skema Penerbitan Umum Berkelanjutan (PUB) hingga 2018," ujar Kartika, di Jakarta, Senin (16/5/2016).

Sebagai salah satu persyaratan untuk menerbitkan obligasi tersebut, Bank Mandiri telah melakukan audit mengenai laporan keuangan kuartal I 2016. Dan diharapkan, penerbitan obligasi ini  dapat memenuhi kebutuhan pendanaan perseroan. "Tambahan pendanaan ini perlu dilakukan untuk menstabilkan kinerja perseroan di tengah kondisi ekonomi yang masih belum menggembirakan di tahun ini," imbuhnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Treasury dan Market Bank Mandiri, Pahala Mansury menambahkan, penerbitan obligasi tersebut bertujuan untuk memperbaiki struktur pendanaan perseroan yang berpotensi terseret turun akibat pemangkasan bunga deposito.

"Strategi pembiayaan ini, untuk menyikapi risiko menurunnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya di deposito dan tabungan, di masa depan. Hal tersebut juga menjadi kesempatan Bank Mandiri untuk menurunkan biaya dana (cost of fund)," paparnya.

Sementara itu, untuk mengantisipasi risiko yang diperkirakan masih terjadi tahun ini, perseroan juga telah melakukan pencadangan dana dari pendapatan kuartal I 2016 sebesar 130%. Pencadangan ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi risiko peningkatan kredit bermasalah (NPL) yang saat ini naik 0,27% menjadi 1,16% di Maret 2016 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya 0,89%. 

(AR)