PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) atau Bank Jatim, mencatatkan laba sebesar Rp1,26 triliun pada akhir 2018 atau tumbuh sebesar 8,71% dari realisasi tahun sebelumnya senilai Rp1,15 triliun. Pertumbuhan laba tersebut didorong oleh naiknya pendapatan bunga bersih dan pendapatan provisi atau fee based income (FBI).
Direktur Utama Bank Jatim, Soeroso, mengatakan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) masih mendominasi komposisi laba tahun 2018. NII, lanjutnya, tumbuh 5,92% menjadi Rp3,7 triliun dari Rp3,5 triliun.
“Fee based kita naik terutama dari (transaksi) valuta asing. Kemarin, fee based valuta asing memberikan kontribusi sebsear 19,75% (ke total FBI),” ujar Soeroso, dalam keterangannya yang dilansir dari Bisnis.com, Minggu (27/1/2019).
Pada tahun ini, Perseroan mencatat FBI berkontribusi sebesar 19,45% ke total pendapatan Perseroan. Hal tersebut disebabkan oleh transaksi valas jamaah haji di Arab Saudi dan wisatawan yang memakai Dolar Amerika Serikat sebesar 19,75% kepada FBI. Perseroan memproyeksikan tren tersebut akan berlanjut pada tahun ini.
Sementara, Soeroso menyampaikan, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) pada 2018 masih agak tinggi. Namun, di akhir tahun tercatat sebesar 3,75% gross dan 0,61%.
Adapun, dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) pada 2019 diperkirakan penyaluran kredit tumbuh 9,5%. Kemudian untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 8%, laba bersih 7,5% dan aset 9,1%.
“Ini disesuaikan pada kondisi makro dan NPL kita perkirakan 3%. Jadi, menurun karena ada kredit yang CKPN 100%, tapi tidak bisa rate-off, harus persetujuan pemerintah pusat,” kata Soeroso, seperti dikutip dari Sindonews.com, Minggu (27/1/2019).
Rasio keuangan Bank Jatim posisi Desember 2018 lebih baik dibanding tahun sebelumnya, antara lain Return on Equity (ROE) sebesar 17,75%, Net Interest Margin (NIM) sebesar 6,37%, Return On Asset (ROA) 2,96%. Selain itu, Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) masih tetap terjaga di angka 69,45%.(DD)