AP I Bidik Peningkatan Kapasitas Bandara Menjadi 140 Juta Penumpang

ilustrasi
Direktur Utama Angkasa Pura Airports, Faik Fahmi (kiri), menandatangani perjanjian kerjasama dibidang pelatihan pegawai kebandarudaraan dengan Incheon Internasional Airport Corporation (IIAC) yang berbasis di Korea Selatan, Senin (17/12/2018) | Dok. Angkasa Pura I

PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I (Angkasa Pura Airports), bidik peningkatan kapasitas penumpang bandara hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Perseroan menargetkan peningkatan kapasitas penumpang tersebut di 13 bandara yang dikelolanya.

“Kalau sekarang kapasitas sekitar 80 juta penumpang per tahun bisa meningkat menjadi sekitar 140 juta penumpang per tahun di 13 bandara yang dikelola AP I,” kata Direktur Utama AP I, Faik Fahmi, dalam keterangan yang dilansir Tempo.co, Rabu (19/12/2018).

Menurut Faik, dari 13 bandara yang dikelola AP I, terdapat sembilan bandara yang sedang dalam proses pengembangan. Di antaranya Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bandara Ahmad Yani, Bandara Juanda, dan Bandara Sam Ratulangi.

Pengembangan sembilan bandara tersebut bertujuan untuk mengatasi masalah pertumbuhan penumpang yang tercatat masih lebih tinggi dari kemampuan kapasitas bandara.

Selain itu, AP I menargetkan untuk mampu mengelola 10 bandara baru dalam lima tahun ke depan di antaranya Bandara Sentani, Bandar Udara Komodo, dan Bandara Samarinda Baru.

“Skala bisnis kami akan berubah signifikan dan proses pengembangan bandara ini butuh dukungan pendanaan,” ujar Faik.

Faik menjelaskan, AP I menginvestasikan sekitar Rp18,8 triliun pada 2018 dan Rp17 triliun pada 2019. Secara total, Faik memperkirakan kebutuhan investasi dalam lima tahun ke depan mencapai Rp76 triliun.

Sementara itu, AP I terus berupaya agar semua bandara di bawah pengelolaannya menghasilkan keuntungan. Saat ini, dari 13 bandara yang dikelola Perseroan, ada dua bandara yang masih merugi. Dua bandara itu adalah Bandara Internasional Frans Kaisiepo di Biak dan Bandara Internasional Pattimura di Ambon.

“Dari 13 bandara tahun ini masih ada dua yang masih belum untung. Itu di Biak dan Ambon,” jelas Faik, seperti dikutip Kompas.com, Rabu (19/12/2018).

Faik mengatakan, kedua bandara itu masih belum menghasilkan laba karena penerbangannya masih terbatas. Belum banyak penumpang yang menggunakan dua bandara tersebut. Hal ini akan menjadi fokus perhatian AP I untuk diperbaiki pada tahun 2019.

Dia memberi contoh, pada tahun 2017 lalu, Bandara Internasional El Tari Kupang masih merugi, namun pada tahun ini, kondisinya sudah menghasilkan laba meski sedikit. “Tahun depannya saya fokus ke dua bandara ini,” imbuh Faik.

Dikatakan Faik, setiap daerah memiliki karakter dan potensi masing-masing. Oleh karena itu, perlakuan terhadap bandara di setiap daerah agar menghasilkan laba tentu saja berbeda.(DD)