Kinerja Keuangan INKA Terus Melaju

ilustrasi
ilustrasi | Joko/Annualreport.id

PT INKA menargetkan untuk menguasai pasar Asia Selatan dan Afrika, setelah sukses memperluas pangsa pasar di wilayah ASEAN. Hal ini tentu saja akan berafiliasi pada kinerja keuangan INKA yang terlihat terus membaik dalam beberapa tahun belakangan ini.

Untuk tahun ini, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bahkan menargetkan pendapatan INKA naik 48 persen dari Rp1,6 triliun menjadi Rp2,6 triliun. Target itu dipatok naik lantaran pendapatan tahun 2016 melebihi dari yang sudah ditetapkan.

“Tahun lalu target pendapatan Rp1,6 triliun dan realisasinya mencapai Rp1,8 triliun. Tahun ini target pendapatannya naik menjadi Rp2,6 triliun. Jadi ada peningkatan 48 persen dari target sebelumnya,” kata Senior Manager Secretary, Public Relation dan CSR PT INKA Cholik Mochamad Zam-Zam, seperti dikutip Kompas.com.

Lantaran berhasil melebihi target, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan memberikan penyertaan modal negara senilai Rp1 triliun. Modal itu digunakan INKA untuk perluasan pabrik dan investasi mesin baru, sehingga INKA dapat berproduksi lebih dan mampu mencapai target yang ditetapkan.

Target INKA di tahun ini sepertinya akan tercapai, hal tersebut seiring dengan pernyataan Pemerintah yang menegaskan bahwa Pemerintah akan menunjuk PT INKA untuk membuat sarana atau kereta pada light rail transit (LRT). Ini sejalan dengan langkah pemerintah untuk mendorong pemanfaatan konten lokal.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Pemerintah ingin mendorong pemanfaatan konten lokal secara maksimal. “Semua INKA. Kalau itu local content sudah, tapi kalau dia nanti kerja sama dengan mana itu sudah lain,” kata Luhut seperti dikutip Liputan6.com.

Apa yang diutarakan oleh Luhut sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu Presiden selalu menekankan pemanfaatan konten lokal yang harus diupayakan sebesar mungkin. “Sekarang ada instruksi Presiden kita menggunakan local content maka kita sebisa mungkin akan menggunakan local content,” ujarnya.

Peluang untuk menambah income Perusahaan ini tentu saja harus dimanfaatkan INKA semaksimal mungkin. Terlebih, Pemerintah sudah sangat percaya akan produk-produk INKA yang memang sudah menembus pasar ekspor.

Meningkatnya pesanan yang terus diraih INKA, baik dari dalam maupun luar negeri, membuat anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini optimis mampu mencapai target keuntungan sebesar Rp64 miliar di tahun ini.

Direktur Keuangan PT INKA Muhamad Nur Sodiq, seperti dilansir Detik.com, menegaskan raihan laba pada tahun 2016 yang berhasil mencapai Rp41 miliar, tentu menjadi salah satu semangat Perusahaan untuk meningkatkan target keuntungan Perusahaan pada tahun 2017 ini.

“Tahun 2016 alhamdulilah masih laba Rp41 miliar dan tahun ini kita target bisa Rp 64 miliar,” jelas Sodiq.

Sodiq menambahkan target tersebut bisa tercapai seiring masih banyaknya pemesanan gerbong KA dari Asia dan Afrika. Zambia telah memesan 30 gerbong, dan Bangladesh sebanyak 250 gerbong yang akan mulai pengerjaannya awal September 2017 nanti.

Melihat kinerja Perusahaan yang terus mengalami peningkatan, Perusahaan optimistis. Bahkan, INKA menargetkan perolehan penjualan mencapai Rp5 triliun pada tahun 2019.

Direktur Utama PT INKA R Agus Purnomo merasa optimistis meraih target tersebut seiring dengan pengembangan teknologi yang terus dilakukan pada produknya, baik di pasar dalam negeri maupun ekspor.

“Target itu bisa diraih dengan terus bekerja keras di pasar dalam negeri dan ekspor. Market Asia Selatan dan Afrika masih menjadi peluang besar. Belum lagi, jika kita mampu merebut pasar Cina,” ujar Agus, seperti dilansir Tempo.co.

Sekali lagi, INKA berani membidik target tinggi mengingat perolehan penjualan pada tahun 2016 yang mencapai angka Rp1,8 triliun. Jumlah tersebut melebihi dari target yang ditetapkan sebesar Rp1,6 triliun. Bahkan, pada tahun 2017 pihaknya menarget bisa tembus hingga Rp2,6 triliun.

Untuk mencapai target tersebut, baik pada tahun ini maupun tahun-tahun mendatang, INKA terus meluncurkan berbagai produk baru, seperti kereta bandara dan LRT.

Tidak hanya itu, INKA juga mulai merambah pembuatan alat trasportasi di luar kereta api, seperti bus gandeng dan komponen kecil kereta. (DD) 

Perjalanan INKA

  • 1982 - Produksi pertama gerbong barang dan prototipe kereta ekonomi yang dinamakan Si Belo Kuda Troya.
  • 1985 - Produksi pertama kereta penumpang.
  • 1987 - Perakitan pertama kereta listrik & diversifikasi produk.
  • 1991 - Ekspor pertama gerbong ke Malaysia (KTMB).
  • 1994 - Produksi pertama kereta rel listrik berteknologi VVVF.
  • 1995 - Produksi dan Peluncuran kereta api Argo Bromo JS-950 dan Argo Gede JB-250.
  • 1996 - Produksi pertama lokomotif (GE Lokindo) & ekspor ke Filipina (PNR), serta peluncuran pertama KA Argo Lawu.
  • 1997 - Produksi dan Peluncuran KA Argo Bromo Anggrek JS-852 (leasing Skema).
  • 1998 - Ekspor pertama Ballast Hopper Wagon ke Thailand (SRT).
  • 2001 - Peluncuran pertama KRL Indonesia (desain PT INKA), Argo Bromo Anggrek batch 2, dan Gajayana.
  • 2002 - Ekspor kereta Pembangkit Listrik dan Bogie Reefer Flat ke Malaysia.
  • 2004 - Ekspor body gerbong Container & kusen Blizzard Center ke Australia.
  • 2006 - Ekspor 50 unit kereta BG ke Bangladesh.
  • 2007 - Penandatangan Kontrak produksi satu trainset DEMU (Diesel-Electric Multiple Unit) untuk Aceh dan Railbus untuk Palembang (Bus rel Kertalaya). Selesai produksi gerbong Bagasi Mobil.
  • 2008 - Peluncuran Pertama Bus Rel KRDI (untuk Aceh & Jawa).
  • 2009 - Peluncuran rangkaian baru KA Gajayana dengan model mirip dengan pesawat terbang.
  • 2010 - Produksi Rangkaian Kereta Ekonomi AC plus Non-PSO tahap pertama yaitu KA Bogowonto (Waktu itu PT KAI hanya menamakan kelasnya Ekonomi AC), lima lokomotif CC 204 & rangkaian KA Argo Jati yang berbentuk mirip dengan rangkaian KA Gajayana yang baru.
  • 2011 - Produksi Railbus untuk Solo dan produksi KA ekonomi ac plus non-PSO tahap kedua yaitu Kereta api Gajah Wong.
  • 2012 - Produksi Rangkaian Kereta Ekonomi AC plus Non-PSO tahap ketiga, keempat, kelima yaitu Kereta api Majapahit, Kereta api Menoreh dan Kereta api Krakatau, tiga lokomotif CC 300, serta railbus untuk kota Padang dan KRL i9000
  • 2013 - Produksi 18 unit Inobus Articulated Bus untuk armada Transjakarta
  • 2014 - Produksi Rangkaian Kereta api Ekonomi AC plus Non-PSO tahap keenam dan ketujuh, kedelapan dan kesembilan yaitu Menoreh II, Sawunggalih Tambahan sekarang (Jaka Tingkir), Jayabaya dan Jaka Tingkir. Produksi rangkaian kedelapan telah dicat dengan livery terbaru PT KAI yang diberi nama Livery Kesepakatan (Airline Livery).
  • 2015 - Ekspor 100 Unit MG Dan 50 Unit BG total seluruh 150 unit bawa Ke Bangladesh, Retrofit kereta api Argo Bromo Anggrek dan pengiriman 33 gerbong "Cargo" ke sejumlah depo KA di Jakarta Gudang (dari 18 sampai 33) dan Surabaya Pasar Turi (dari 1 sampai 17).
  • 2016 - Produksi tujuh train set kereta Eksekutif New Image dan tujuh train set kereta Ekonomi AC plus New Image.
  • 2017 - Produksi kereta Ekonomi Premium dan KRL Bandara Soekarno-Hatta, serta memproduksi kereta pesanan dari luar negeri dan juga dari PT KAI