MENGELOLA TANTANGAN MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN
Situasi selama 5 tahun terakhir merupakan saat-saat yang dilewati industri berbasis perkebunan dengan penuh tantangan. Sebagai perusahaan berbasis perkebunan, PTPN VII harus menghadapi masa-masa yang sulit dengan memanfaatkan kesempatan yang ada agar tetap bertahan dan terus bergerak ke depan. Iklim bisnis agro di pasar internasional yang belum baik, faktor alam yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas, serta imbas program replanting yang dilakukan perusahaan secara besar-besaran selama 10 tahun terakhir berdampak pada kinerja Perusahaan yang belum membaik.
Menghadapi kondisi saat ini, manajemen PTPN VII menerapkan grand strategy corporate turnaround, meliputi restrukturisasi finansial, restrukturisasi organisasi dan SDM, restrukturisasi manajemen menuju penguatan good governance, serta pelaksanaan seluruh proses produksi yang sustainable. Mengacu pada data komoditas yang dikelola, saat ini PTPN VII berada pada posisi yang belum menguntungkan. Namun, PTPN VII memiliki aset tanaman inti sekitar 90.352 ha dengan komposisi usia tanaman dan produktivitas yang menuju ideal , terdiri dari komoditas karet, sawit, teh, dan tebu yang menjanjikan. Keberadaan PTPN VII juga didukung oleh areal plasma kelapa sawit serta tebu rakyat sekitar 53.316 ha. Dengan menerapkan grand strategy corporate turnaround serta sistem budidaya berkelanjutan (sustainable agriculture) PTPN VII berkeyakinan bahwa kebangkitan produksi dan kebangkitan Perusahaan akan dapat diraih dalam tiga tahun mendatang.
PERFORMANCE HIGHLIGHT
Nilai Penjualan Selama Tahun 2016 Mencapai Rp3.260.812 Juta
Secara umum, kinerja PTPN VII tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2015. Perusahaan mencatat rugi bersih sebesar Rp546,9 miliar, lebih rendah dari target RKAP yang diproyeksikan mengalami kerugian sebesar Rp1.368,2 miliar. Hal ini terkait dengan adanya impairment persediaan tanaman semusim sebesar Rp775,5 miliar dalam RKAP yang realisasinya dibukukan dalam cadangan umum.
Nilai penjualan selama tahun 2016 mencapai Rp3.260.812 juta, masing-masing berasal dari penjualan ekspor sebesar Rp378.735 juta atau 63,02% dari RKAP (Karet Rp366.214 juta dan Teh Rp12.521 juta), dan sisanya sebesar Rp2.882.077 juta atau 95,28% dari RKAP merupakan hasil penjualan lokal (Kelapa sawit Rp926.350 juta, Karet Rp571.528 juta, Teh Rp51.255 juta, Gula dan Tetes Rp1.307.060 juta, dan anak perusahaan Rp25.885 juta.
Nilai penjualan kelapa sawit tahun 2016 mencapai Rp926,35 miliar, berada di bawah RKAP sebesar 7,57%. Kuantum penjualan kelapa sawit mencapai 132.214 ton, berada di bawah RKAP sebesar 9,40%. Nilai penjualan karet tahun 2016 mencapai Rp937,74 miliar, berada di bawah RKAP sebesar 19,00%. Kuantum penjualan karet mencapai 54.834 ton, berada di bawah RKAP sebesar 19,08%. Nilai penjualan teh tahun 2016 mencapai Rp63,78 miliar, berada di bawah RKAP sebesar 18,68%. Kuantum penjualan teh mencapai 3.628 ton, berada di bawah RKAP sebesar 13,56%.
Nilai penjualan gula dan tetes tahun 2016 mencapai Rp1,31 triliun, berada di bawah RKAP sebesar 2,92%. Kuantum penjualan gula dan tetes mencapai 212.933 ton, berada di atas RKAP sebesar 12,44%. Secara keseluruhan, realisasi beban pokok produksi kelapa sawit tahun 2016 berada di bawah RKAP sebesar Rp175.256 juta atau 20,24%, realisasi beban produksi karet berada di bawah RKAP sebesar Rp213.344 juta atau 19,57%. Hal ini sejalan dengan pengelolaan Perusahaan yang menerapkan prinsip efisiensi dan efektivitas dengan mengedepankan skala prioritas tanpa mengurangi mutu atas setiap kegiatan yang dilaksanakan.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Aset
Total aset PTPN VII tahun 2016 mencapai Rp11,84 triliun, terdiri atas 9,18% aset lancar dan 90,82% aset tidak lancar. Total aset pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar Rp425,66 miliar atau 3,47% jika dibandingkan dengan tahun 2015. Penurunan tersebut berasal dari berkurangnya aset lancar terutama disebabkan oleh berkurangnya kas dan setara kas sebesar Rp223,99 miliar atau 86,62%.
Liabilitas
PTPN VII mencatatkan total liabilitas pada tahun 2016 sebesar Rp9,29 triliun, terdiri atas liabilitas jangka pendek 36,80%, dan liabilitas jangka panjang 63,20%. Liabilitas perusahaan mengalami kenaikan Rp12,32 miliar atau 0.13% dibandingkan realisasi tahun 2015, terutama berasal dari kenaikan liabilitas jangka pendek sebesar Rp10,53 miliar.
Ekuitas
Ekuitas PTPN VII terdiri atas modal saham, tambahan modal disetor, komponen ekuitas lainnya, saldo laba, penghasilan komprehensif lainnya, dan kepentingan non pengendali. Pada tahun 2015 PTPN VII menerima Penambahan Modal Negara sebesar Rp175 miliar. Jumlah ekuitas Perseroan pada akhir tahun 2016 sebesar Rp2,55 triliun, berkurang sebesar Rp437,98 miliar dari posisi Rp2,99 triliun per akhir tahun lalu. Penurunan ini terkait dengan kerugian tahun berjalan sebesar Rp546,87 miliar.
Laba Tahun Berjalan
Perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp547,21 miliar, lebih rendah dari RKAP yang diproyeksikan rugi sebesar Rp1,37 triliun.
Laba Usaha
Pada tahun 2016, Perusahaan mencatatkan laba usaha sebesar Rp12.085 miliar.
Penjualan Bersih
Pada tahun 2016, PTPN VII mencatat nilai penjualan bersih konsolidasian sebesar Rp3,26 triliun, turun 26,3% dibandingkan capaian tahun 2015. Faktor utama penurunan penjualan bersih adalah turunnya volume penjualan komoditas karet, kelapa sawit, teh, dan tebu masing-masing sebesar30,32%, 53,15%, 18,7%, dan 0,10% dibandingkan tahun 2015.
RENCANA STRATEGIS
Tahun 2017 adalah tahun yang juga penuh tantangan bagi PTPN VII untuk terus konsisten melanjutkan kerja keras yang berbasis jujur, tulus, ikhlas, dan meneruskan program restrukturisasi yang dicanangkan di tahun 2016. Di tahun 2017, manajemen akan terus melakukan penguatan pada beberapa aspek yakni restrukturisasi keuangan, implementasi e-procurement, meneruskan program ERPSAP, strategi pemasaran dan sumber daya manusia.
Kondisi eksternal di luar kendali Perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap prospek usaha Perseroan di antaranya adalah harga jual komoditas dan kondisi agroklimat yang sulit diprediksi. Pada 2017, harga komoditas dan energi dunia diperkirakan mulai bergerak naik, meskipun masih jauh dibandingkan harga tahun 2010-2014.
Dari aspek produksi, tahun 2017 akan lebih prospektif dibanding tahun 2016 sehingga memberikan optimisme peningkatan produksi sawit dan karet. Hal ini sebagai dampak pada tahun 2015 telah terjadi fenomena El Nino yang mengakibatkan water deficit di bulan Juli s.d. Oktober 2015 pada tanaman kelapa sawit dan terjadinya gugur daun 2-3 kali pada tanaman karet sehingga produksi menurun. Tahun 2016 terjadi La Nina yang diperkirakan berdampak pada peningkatan produksi sawit dan karet tahun 2017.
* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id