SUSTAINABLE DEVELOPMENT THROUGH CONTINUOUS PROGRESS
Kondisi tahun 2016 dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi makro dan daya beli masyarakat yang masih melemah. Menghadapi situasi di tahun 2016, PT Cowell Development Tbk fokus pada penyelesaian pembangunan yang sedang berjalan, terutama proyek residensial serta akusisi lahan di luar kota Jakarta. Selain itu, Perseroan juga mengelola lahan komersial secara terencana dan selektif dalam mengembangkan proyek-proyek baru yang mampu menyerap kebutuhan konsumen dengan tepat.
PERFORMANCE HIGHLIGHT
Pendapatan Usaha Menjadi Rp570,1 Miliar Pada 2016
Berbagai strategi yang dijalankan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Meskipun tahun 2016 merupakan tahun yang penuh tantangan, akan tetapi kinerja Perseroan pada tahun ini cukup baik. Terdapat penurunan pendapatan usaha, yaitu dari Rp583,3 miliar pada 2015, menjadi Rp570,1 miliar pada 2016. Perseroan juga mencatat penurunan Laba Kotor sebesar 8,11% menjadi Rp350,8 miliar dari Rp381,8 miliar di tahun 2015.
Dari sisi penyelesaian proyek, anak usaha Perseroan PT NPS di Cikarang, Jawa Barat telah menyelesaikan dan melakukan serah terima Tower Mahogany. Begitu juga dengan proyek anak usaha Perseroan PT Sandi Mitra Selaras di Jakarta Barat yakni Apartemen Westmark yang telah dilakukan serah terima unit kepada masing-masing pemilik.
Di sisi Marketing, Perseroan tetap bekerja keras secara kreatif dan inovatif untuk menghasilkan strategi yang matang bagi produk-produk yang sedang berjalan, antara lain dengan melakukan kegiatan promosi seperti mengadakan pameran, mengadakan berbagai kegiatan di kantor pemasaran di lokasi proyek, melakukan promosi melalui media informasi seperti baliho dan billboard serta merancang perumusan cara bayar yang menarik untuk memudahkan pembeli.
FINANCIAL HIGHLIGHT
Pendapatan
Perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sepanjang tahun 2016 sebesar Rp570,1 miliar, sedikit mengalami penurunan 2,3% dari pendapatan tahun 2015 sebesar Rp583,3 miliar.
Laba Bruto
Laba bruto Perseroan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 8,1% menjadi sebesar Rp350,8 miliar dari sebelumnya Rp381,8 miliar di tahun 2015. Penurunan laba bruto Perseroan seperti yang sudah diinformasikan di atas dikarenakan penurunan penjualan.
Laba Usaha
Perekonomian Indonesia yang belum membaik di tahun 2016, membuat pertumbuhan properti juga melambat. Laba Usaha Perseroan pada akhir 2016 tercatat mengalami penurunan sebesar 20,7% dari Rp202,7 miliar di tahun 2015 menjadi Rp160,8 miliar di tahun 2016.
Aset
Jumlah Aset Lancar pada tahun 2016 naik sebesar 1,2% menjadi Rp590,6 miliar dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp583,4 miliar. Jumlah Aset Tidak Lancar sedikit mengalami penurunan sebesar 1,9% dari Rp2,96 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp2,9 triliun pada tahun 2016.
Liabilitas
Liabilitas Jangka Pendek tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 35,1% dari Rp575,7 miliar di tahun 2015 menjadi Rp373,4 miliar di tahun 2016. Liabilitas jangka panjang naik 7,2% dari Rp1,79 triliun di tahun 2015 menjadi Rp1,92 triliun di tahun 2016. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh naiknya porsi utang bank jangka panjang.
Ekuitas
Jumlah ekuitas naik sebesar 2,2% dari Rp1,1 triliun di tahun 2015 menjadi Rp1,2 triliun di tahun 2016. Kenaikan ini terjadi karena di tahun 2016, Perseroan ikut serta dalam salah satu program pemerintah yaitu Amnesti Pajak. Perseroan melakukan Amnesti pajak yang berdampak pada kenaikan tambahan modal disetor- bersih dari Rp501 miliar menjadi Rp541,4 pada tahun 2016.
RENCANA STRATEGIS
Tahun 2017 mendatang bisnis properti akan mengalami pertumbuhan penjualan yang cukup baik, diprediksi nilai penjualan tahun 2017 nanti akan tumbuh sebesar 15%. Optimisme membaiknya pasar properti tahun depan didukung oleh beberapa fakta, antara lain karena adanya berbagai stimulus yang diluarkan oleh pemerintah seperti menurunnya bunga kredit, pelonggaran LTV, potongan pajak penjualan hingga tax amnesty.
Lonjakan pembelian properti diperkirakan akan terjadi pada kuartal ke dua tahun 2017, setelah dilakukannya Pilkada Februari 2017. Sama seperti tahun 2016, maka pada tahun 2017 segmen menengah masih akan menjadi primadona, dengan kisaran harga Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id