BANK INDONESIA

BANK INDONESIA Laporan Tahunan 2015

SINERGI UNTUK PERCEPATAN TRANSFORMASI EKONOMI NASIONAL

Tahun 2015 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian diliputi gejolak, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Pemulihan ekonomi dunia yang masih lemah, berlanjutnya penurunan harga komoditas dan menurunnya aliran modal asing ke Negara berkembang menjadi pemicu tekanan terhadap perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia.

Dari sisi domestik, tingginya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah, kinerja ekspor yang menurun sebagai dampak perekonomian global, dan belum optimalnya penyerapan anggaran fiskal mewarnai dinamika perekonomian Indonesia. Sebagai respons atas meningkatnya tekanan terhadap stabilitas perekonomian, Bank Indonesia memperkuat bauran kebijakan yang difokuskan untuk mendorong terwujudnya stabilitas makroekonomi dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan.

Untuk mewujudkan ini, Bank Indonesia tidak berdiri sendiri. Bank Indonesia menjalin sinergi yang erat dengan pemerintah dan berbagai pemangku kebijakan di pusat, daerah, dan internasional, untuk mempercepat transformasi ekonomi guna membawa perekonomian yang tumbuh lebih sehat dan berkesinambungan. Melalui kewenangan yang dimiliki, selama 2015 Bank Indonesia melaksanakan berbagai koordinasi dan kolaborasi lintas lembaga.

Di internal, upaya untuk bertransformasi menata diri menjadi bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional telah mulai diimplementasikan secara nyata di 2015. Berbagai terobosan kebijakan, organisasi, tata kelola, sumber daya manusia, hingga pembenahan infrastruktur pendukungnya telah digulirkan dan akan terus dilanjutkan di tahun-tahun mendatang. Transformasi internal ini merupakan bagian dari komitmen Bank Indonesia untuk memberikan kontribusi yang lebih baik bagi bangsa.

PERFORMANCE HIGHLIGHT

Bauran Kebijakan untuk Mencapai Stabilitas Moneter

Meskipun perekonomian domestik di tahun 2015 dihadapkan pada berbagai gejolak eksternal, namun strategi untuk meningkatkan kapasitas perekonomian tetap secara konsisten dilakukan lewat komitmen reformasi struktural yang dilakukan baik oleh Pemerintah, Bank Indonesia, maupun otoritas terkait.

Sebagai Otoritas Moneter, Makroprudensial, dan Sistem Pembayaran-Pengelolaan Uang Rupiah, Bank Indonesia di sepanjang tahun 2015 menempuh bauran kebijakan yang konsisten untuk mencapai stabilitas moneter, berkontribusi dalam memelihara stabilitas sistem keuangan, sekaligus menciptakan ruang bagi kesinambungan pertumbuhan. Stance kebijakan moneter yang secara umum cenderung ketat ditempuh secara tegas dan penuh kehatihatian untuk menjaga inflasi sesuai sasaran yang telah ditetapkan, menjaga defisit neraca transaksi berjalan tetap berada di level yang sehat, dan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Inflasi tahun 2015 berhasil dijaga sebesar 4±1%

Pemerintah dalam rangka pengendalian harga, inflasi tahun 2015 berhasil dijaga berada dalam rentang sasaran. Ketersediaan barang, kelancaran distribusi, dan terjangkarnya ekspektasi inflasi menjadi faktor yang dapat membawa inflasi di tahun 2015 sebagai yang terendah dalam lima tahun terakhir. Hal ini terlihat dari tercapainya target inflasi tahun 2015 sebesar 4±1%, menurunnya defisit transaksi berjalan, terkendalinya tekanan Rupiah pada triwulan IV 2015, serta terpeliharanya stabilitas sistem keuangan. Secara keseluruhan, pada tahun 2015 inflasi inti tercatat sebesar 3,95% (yoy), inflasi administered prices 0,39% (yoy), dan inflasi volatile food mencapai 4,84% (yoy).

Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan juga dapat diturunkan ke level yang semakin sehat bagi perekonomian. Dengan aktivitas impor yang banyak difokuskan untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur strategis, kami meyakini bahwa tingkat defisit tersebut merupakan konsekuensi produktif dari strategi perekonomian yang ditempuh untuk meningkatkan kapasitas perekonomian dalam jangka menengah panjang.

Defisit Transaksi Berjalan pada tahun 2015 mencapai 17,8 miliar Dolar AS

Pada tahun 2015, kinerja transaksi berjalan membaik di tengah kondisi global yang kurang kondusif dan masih adanya permasalahan struktural domestik. Defisit transaksi berjalan pada tahun 2015 mencapai 17,8 miliar Dolar AS atau setara dengan 2,1% dari PDB, lebih baik dibandingkan defisit tahun sebelumnya sebesar 27,5 miliar Dolar AS atau setara dengan 3,1% dari PDB. Perbaikan defisit transaksi berjalan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk menurunnya harga minyak, berkurangnya impor nonmigas, dan penyesuaian impor terhadap depresiasi nilai tukar Rupiah.

Sementara investasi lainnya dalam bentuk pinjaman luar negeri yang mencatat defisit di semester I 2015 berbalik menjadi surplus dan terus membaik sampai dengan akhir tahun. Kinerja transaksi modal dan finansial (TMF) pada tahun 2015 masih mencatat surplus walaupun mengalami penurunan dari tahun 2014 sehingga tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan.

Rasio ULN terhadap PDB tercatat sebesar 36,1% pada akhir 2015

Posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir 2015 mencapai 310,7 miliar Dolar AS dengan pertumbuhan sebesar 5,8% (yoy) dari sebelumnya sebesar 293,8 miliar Dolar AS. Kenaikan itu dipengaruhi oleh meningkatnya ULN jangka panjang, baik di sektor publik maupun swasta. Sementara ULN jangka pendek di sektor publik maupun swasta mengalami penurunan di tengah perlambatan kegiatan ekonomi domestik.

Struktur posisi ULN tersebut menunjukkan perkembangan yang sehat, sebagaimana tercermin dari dominasi posisi ULN jangka panjang dibandingkan dengan posisi ULN jangka pendek baik pada sektor publik maupun swasta. Rasio ULN terhadap PDB tercatat sebesar 36,1% pada akhir 2015, lebih tinggi dibandingkan akhir 2014 yang mencapai 33,0%. Rasio itu masih relatif aman dan berada dalam kisaran negara peer group.

Cadangan Devisa terjaga pada Level 105,9 miliar Dolar AS

Sejalan dengan defisit Neraca Pembayaran Indonesia pada tahun 2015 sebesar 1,1 miliar Dolar AS, posisi cadangan devisa menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya meski masih berada dalam level aman. Selain untuk pembayaran pinjaman luar negeri Pemerintah, penurunan cadangan devisa juga disebabkan oleh stabilisasi nilai tukar Rupiah. Meski menurun, posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2015 masih terjaga pada level 105,9 miliar Dolar AS atau setara dengan 7,4 bulan impor dan pembayaran pinjaman luar negeri Pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut diyakini mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Tahun 2015 Nilai tukar Rupiah melemah sebesar 10,2% (yoy)

Pada keseluruhan tahun 2015, secara point-topoint nilai tukar Rupiah melemah sebesar 10,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pelemahan tahun 2014 sebesar 1,7%. Hal ini didorong oleh masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global terkait dengan rencana kenaikan suku bunga AS, kekhawatiran negosiasi fiskal Yunani, dan devaluasi Yuan. Di dalam negeri, tekanan terhadap Rupiah terkait dengan adanya kekhawatiran semakin melemahnya prospek ekonomi domestik dan kondisi pasar valas domestik yang belum dalam, serta ketergantungan korporasi pada pembiayaan eksternal. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat pada triwulan IV 2015 seiring dengan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global.

Central Bank Money (CeBM) sebagai bentuk Mitigasi Risiko Kredit dan Likuiditas

Bank Indonesia di tahun 2015 mulai mengimplementasikan teknologi Generasi-II menggantikan teknologi sebelumnya yang telah berjalan selama 10 tahun. Modernisasi layanan ini selain untuk menjawab kebutuhan transaksi masyarakat yang semakin meningkat, juga menjadikan layanan yang diberikan lebih aman dan efisien, serta memiliki kemampuan pengelolaan risiko yang lebih baik.

Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia juga terus mendorong penggunaan Central Bank Money (CeBM) dalam setelmen dana transaksi di pasar modal. Di samping sebagai bentuk mitigasi risiko kredit dan likuiditas, hilangnya ketergantungan setelmen kepada salah satu bank yang kemudian dialihkan kepada bank sentral juga turut berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi aktivitas di pasar modal.

Transaksi Pemerintah melalui Sistem BIG-eB mencapai 24.628 transaksi sebesar Rp8.513 triliun

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia, Bank Indonesia dan Pemerintah memiliki protokol koordinasi melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Dalam forum tersebut, secara jelas diatur mengenai koordinasi dan peran masingmasing pihak dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan. Dalam hubungan kerja operasional, Bank Indonesia bertindak sebagai pemegang kas Pemerintah dan memberikan remunerasi atas saldo kas Pemerintah.

Pemerintah dapat melakukan transaksi dan memperoleh informasi mengenai pengelolaan rekeningnya melalui Bank Indonesia Government Electronic Banking (BIG-eB). Sejak januari 2014, aplikasi BIG-eB telah terhubung dengan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) milik Kementerian Keuangan. Aktivitas transaksi Pemerintah melalui sistem BIG-eB selama 2015 menunjukkan peningkatan volume transaksi yang mencapai 24.628 transaksi dengan nominal sebesar Rp8.513 triliun.

Sistem BI-RTGS berhasil menyelesaikan 11,0 juta transaksi sebesar Rp112,7 ribu triliun

Sistem BI-RTGS sepanjang tahun 2015 berhasil menyelesaikan 11,0 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp112,7 ribu triliun. Meskipun secara volume transaksi mengalami penurunan sebesar 37,8% dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 17,7 juta transaksi, namun nilai transaksinya mengalami peningkatan sebesar 1,7% dari periode sebelumnya yang sebesar Rp 110,9 ribu triliun. Penurunan volume transaksi pembayaran melalui Sistem BI-RTGS merupakan dampak dari kebijakan sementara pembatasan (capping) minimum transaksi yang ditingkatkan menjadi Rp500 juta sejak diimplementasikannya Sistem BI-RTGS Generasi II pada 16 November 2015.

BI-SSSS tercatat mampu melayani sebanyak 183,6 ribu transaksi

Sepanjang tahun 2015, penatausahaan surat berharga melalui BI-SSSS tercatat mampu melayani sebanyak 183,6 ribu transaksi atau meningkat sebesar 15,2% dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 159,5 ribu transaksi. Sejalan dengan peningkatan tersebut, nilai transaksi surat berharga pada BI-SSSS meningkat sebesar 4,1% dari sebelumnya dari sebelumnya Rp33,57 ribu triliun menjadi Rp34,9 ribu triliun.

SKNBI mencapai 113,5 juta transaksi sebesar Rp3,2 ribu triliun

Peningkatan transaksi juga terjadi pada SKNBI, di mana sepanjang tahun 2015 mencapai 113,5 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp3,2 ribu triliun. Volume transaksi SKNBI pada tahun 2015 itu meningkat sebesar 5,5% dibandingkan dengan volume transaksi SKNBI pada tahun 2014 yang tercatat sebesar 107,6 juta transaksi. Peningkatan volume transaksi juga diikuti oleh peningkatan nilai transaksi yang mencapai 10,81%, dari sebelumnya Rp2,9 ribu triliun.

Uang Rupiah Tidak Layak Edar (UTLE) mencapai Rp160,25 triliun

Bank Indonesia juga berkoordinasi dengan pemerintah untuk pemusnahan uang Rupiah tidak layak edar (UTLE) yang mencapai sebesar Rp160,25 triliun di tahun 2015. Untuk penanggulangan pemalsuan uang Rupiah, dilakukan koordinasi dan kerja sama dengan seluruh unsur Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal) yaitu Badan Intelijen Negara (BIN), Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan Agung, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia.

FINANCIAL HIGHLIGHT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Inflasi
Secara keseluruhan, pada tahun 2015 inflasi inti tercatat sebesar 3,95% (yoy), inflasi administered prices 0,39% (yoy), dan inflasi volatile food mencapai 4,84% (yoy).
Terkendalinya inflasi volatile food yang didukung oleh stabilitas harga yang diatur Pemerintah (administered prices) mendorong penurunan ekspektasi inflasi sehingga berdampak pada penurunan inflasi inti pada tahun 2015 menjadi 3,95% dari sebesar 4,93% pada tahun 2014.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
Sistem keuangan Indonesia relatif stabil dan terkendali sepanjang tahun 2015 meski dibayangi gejolak pasar keuangan global dan perlambatan ekonomi domestik. Hal
itu tergambar dari Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) tahun 2015 sebesar 0,93, yang masih jauh dari batas mengkhawatirkan di level 2. Namun demikian, angka itu meningkat dibandingkan ISSK tahun 2014 sebesar 0,79.

Tingkat ISSK yang masih baik tersebut ditopang oleh rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan yang meningkat menjadi 21,33% pada tahun
2015, dari 19,40% pada tahun 2014, jauh di atas batas minimum yang dipersyaratkan sebesar 8%.

RENCANA STRATEGIS

Rasio CAR di atas Ketentuan Minimum 8%

Stabilitas sistem keuangan pada tahun 2016 diperkirakan tetap terkendali, ditopang oleh ketahanan perbankan yang tetap terjaga dan kinerja pasar keuangan yang membaik. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) diperkirakan masih tinggi, di atas ketentuan minimum 8%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan) diperkirakan tetap di batas yang sehat. Likuiditas perbankan diharapkan akan semakin membaik seiring dengan operasi keuangan pemerintah yang lebih ekspansif.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sekitar 13-15%, diikuti dengan pertumbuhan kredit berkisar 12-14%. Bank Indonesia akan terus mendorong peran aktif perbankan dalam mendukung upaya pengelolaan ekonomi ke arah yang lebih sehat melalui koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasar saham maupun obligasi negara juga diperkirakan membaik sejalan dengan positifnya persepsi investor terhadap perbaikan fundamental dan prospek ekonomi Indonesia ke depan.

Inflasi Inti tahun 2016 diprediksi Moderat

Sementara itu, inflasi inti tahun 2016 diprediksi moderat. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti diperkirakan relatif terjaga mengingat kenaikan harga komoditas global yang terbatas, sejalan dengan perbaikan ekonomi dunia yang gradual serta nilai tukar yang relatif stabil. Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan domestik diperkirakan masih dapat direspons oleh kapasitas produksi, sebagaimana terlihat dari pertumbuhan PDB yang masih berada di bawah tingkat potensialnya. Dengan kondisi tersebut, tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan minimal walaupun sedikit meningkat. Selain itu, ekspektasi inflasi juga terindikasi relatif terjaga seiring dengan bauran kebijakan dan koordinasi yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.

Investasi pada tahun 2016 mencapai kisaran 6,0-6,4%

Investasi pada tahun 2016 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan mencapai kisaran 6,0-6,4%. Aktivitas penanaman modal akan didorong oleh percepatan realisasi pembangunan proyek infrastruktur. Investasi swasta diharapkan akan meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro.

Keterangan:


Tahun
2015
Peserta ARA
Ya
Kategori ARA
N/A
Penghargaan
Jumlah Halaman
328
Kantor Akuntan Publik
N/A
Biro Administrasi Efek
N/A
Kustodian
N/A
Agen Pemeringkat
N/A
Persatuan Karyawan
N/A
NPWP
N/A
TDP
N/A
SIUP
N/A
Tags
bank indonesia,laporan tahunan,2015,nkri

* Galeri memuat data laporan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Informasi, permintaan pemuatan maupun perubahan, hubungi: info@annualreport.id


Download Read PDF